Selasa 08 Nov 2022 15:09 WIB

Siswa Muslim di Melbourne Diduga Dipaksa Tonton Kartun Nabi Muhammad di Sekolah

Departemen Pendidikan Victoria kemudian menindaklanjuti insiden itu.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Nabi Muhammad (ilustrasi). Siswa Muslim di Melbourne Diduga Dipaksa Tonton Kartun Nabi Muhammad di Sekolah
Foto: Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi). Siswa Muslim di Melbourne Diduga Dipaksa Tonton Kartun Nabi Muhammad di Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah sekolah di Melbourne, Australia diduga memaksa seorang siswa Muslim untuk menonton kartun yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad di dalam kelas. Pemerintah negara bagian tengah menyelidiki kebenaran ini.

Menurut ayah dari siswa tersebut, seorang gurunya di perguruan tinggi, di utara Melbourne, diduga memainkan kartun eksplisit dan menghujat yang menggambarkan Nabi Muhammad di kelas. Departemen Pendidikan Victoria kemudian menindaklanjuti insiden itu.

Baca Juga

“Kami menginginkan permintaan maaf resmi dan kami menuntut penjelasan mengapa peristiwa semacam ini bisa terjadi. Kami juga menuntut agar guru tersebut ditangguhkan dari sekolah dan dilakukan penyelidikan," tulisnya, dilansir dari The Guardian, Selasa (8/11/2022).

Seorang juru bicara departemen pendidikan Victoria mengatakan peninjauan atas insiden itu sedang berlangsung. Departemen selanjutnya akan memutuskan saran terbaik yang harus diberikan kepada sekolah terkait dengan masalah sensitif yang serupa.

“Dukungan penuh diberikan kepada siswa yang terkena dampak,” kata juru bicara itu.

Video yang ditampilkan adalah salah satu dari serangkaian contoh yang digunakan di kelas tentang “media hibridisasi” dan pengaruhnya terhadap media sosial. Padahal materi tersebut bukan bagian dari pengajaran kurikulum yang diwajibkan di sekolah-sekolah pemerintah Victoria.

Beberapa sumber menyarankan agar peringatan dikeluarkan sebelum konten ditampilkan dan siswa diberitahu mereka bebas untuk meninggalkan kelas jika mereka mau. Dewan Islam Victoria (ICV) mengatakan anggota komunitas Muslim di Melbourne sangat kecewa dengan insiden tersebut.

“ICV memahami bahwa banyak orang di masyarakat sangat kecewa dengan apa yang mereka dengar dan ingin menyuarakan kemarahan dan ketidaksetujuan mereka,” kata dia.

Dewan mengatakan telah bertemu dengan departemen pendidikan dan sekolah, yang berjanji tidak lagi menggunakan materi tersebut. “Ada diskusi yang sedang berlangsung dengan sekolah sehubungan dengan perilaku guru yang bersangkutan, permintaan permintaan maaf publik dari sekolah, dan kesempatan untuk berbicara dengan komunitas sekolah tentang Islam dan Nabi Muhammad kita tercinta,” kata dewan tersebut.

“Kami berusaha untuk segera mengonfirmasi apakah konten ofensif ini merupakan bagian standar dari kurikulum DET, dan, jika demikian, kami akan meminta DET untuk segera menarik konten ini,” kata Dewan.

Sebagai orang Australia, mereka mengharapkan agar materi yang diajarkan di sekolah tidak secara serius menyinggung anggota komunitas yang berbeda dan menyadari keragaman multi-agama dan multi-budaya Australia. Awal tahun ini, sebuah studi Islamofobia di Australia menunjukkan 82 persen korban langsung insiden Islamofobia adalah wanita, di mana 85 persen di antaranya mengenakan jilbab. Hampir tiga perempat dari pelaku adalah laki-laki.

Pihak sekolah menolak memberikan komentar dan meminta agar pernyataan terkait insiden ini langsung dari Departemen Pendidikan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement