Selasa 08 Nov 2022 17:33 WIB

Sholat Gerhana, Sejarah, dan Hikmah di Balik Pensyariatannya 

Sholat gerhana bulan merupakan salah satu sunnah yang dianjurkan.

Ilustrasi sholat gerhana. Sholat gerhana bulan merupakan salah satu sunnah yang dianjurkan
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Ilustrasi sholat gerhana. Sholat gerhana bulan merupakan salah satu sunnah yang dianjurkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa akan terjadi gerhana bulan total pada hari ini, Selasa (8/11/2022). 

Pada masa awal Islam, sebagian orang memaknai fenomena alam ini dengan beragam tafsir. Ada yang menyebutnya pertanda kematian  Ada pula yang memahaminya sebagai  pertanda terjadinya sebua peristiwa. 

Baca Juga

Benarkah demikian? Fenomena gerhana bulan, dalam ajaran Islam merupakan tanda kebesaran Allah SWT. Di momen tersebut, disyariatkan melaksanakan sholat sunnah gerhana bulan atau dikenal dengan sebutan sholat khusuf. 

Sejarah pensyariatan 

Pada mulanya, sebelum Islam hadir menerangi peradaban masyarakat jazirah Arab, penduduk setempat percaya bahwa peristiwa gerhana, baik bulan atau matahari berkaitan erat dengan kematian tokoh pembesar.  

Keyakinan tersebut terekam dalam beberapa riwayat hadis. Salah satunya riwayat Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya : 

فإن رجالًا يزعمون أن كسوف هذه الشمس وكسوف هذا القمر، وزوال هذه النجوم من مطالعها، لموت رجال عظماء من أهل الأرض، إنهم قد كذبوا. ولكنها آيات من آيات الله عز وجل 

"Orang-orang menduga bahwa gerhana matahari atau bulan dan fenomena bintang jatuh disebabkan kematian seorang tokoh pembesar di muka bumi, sungguh mereka telah berbohong. Padahal, gerhana adalah salah satu dari sekian tanda kebesaran Allah SWT..." ( Shahih Ibnu Hibban, juz 7 hlm 101 no Hadis 2856). 

Bahkan, dalam satu riwayat ada momen di mana satu-satunya anak Nabi Muhammad SAW dari selain Khadijah, bernama Ibrahim, putra Nabi dari Mariah al-Qibtiyyah, meninggal tepat bersamaan dengan peristiwa gerhana matahari.  

كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ

"Pada masa Rasulullah ﷺ pernah terjadi gerhana matahari, yaitu di hari meninggalnya putra beliau, Ibrahim. Orang-orang lalu berkata, "Gerhana matahari ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim!" Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka salat dan berdoalah kalian kepada Allah." (HR al-Bukhari no Hadits 985) 

Adapun awal mula disyariatkannya sholat gerhana, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Misalnya, Syekh al-Qardhawi mengatakan bahwa sholat gerhana dilaksanakan pada tahun kesepuluh Hijriah bertepatan dengan kematian Ibrahim putra Nabi. (Lihat selengkapnya di www.al-qaradawi.net).  

Sementara para ulama pengikut Madzhab Syafi'i, menyatakan bahwa sholat gerhana matahari pertama kali disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah. Sementara gerhana bulan pada tahun lima Hijriyah. (Kitab al-Fiqh al-Manhaji 'Ala Madzhab al-Imam as-Syafi'i, juz 1 hlm 239). 

Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab 

 

Hikmah  

Adapun hikmah disyariatkannya sholat gerhana, pertama, untuk menanamkan rasa takut kepada Allah SWT agar seorang hamba meningkatkan ketaatan kepada-Nya. Ini, jelas disabdakan Rasulullah ﷺ: 

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ 

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan keduanya tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Akan tetapi dengan peristiwa itu Allah Ta'ala ingin membuat para hamba-Nya takut." 

Lebih jauh, dengan disyariatkannya sholat gerhana, secara langsung mematahkan mitos jahiliyyah.

Dugaan mereka bahwa gerhana berkaitan dengan kematian seseorang, dibantah, dan mendorong peradaban masyarakat ke arah pembuktian sains, bukan keyakinan berdasarkan takhayul semata. Wallahu A'lam.   

 

Sumber: mui 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement