Selasa 08 Nov 2022 20:04 WIB

Zelenskyy: Negosiasi dengan Rusia Harus Bahas Pemulihan Teritorial Ukraina

Zelenskyy mengklaim telah berulang kali mengusulkan perundingan dengan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, dia terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia. Namun, ia menekankan, proses demikian harus membahas pemulihan integritas teritorial negaranya, termasuk tentang hukuman terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang.

Hal itu disampaikan Zelenskyy sebelum memberikan pidato untuk Konferensi Iklim PBB atau United Nations Climate Change Conference (COP27) yang digelar di Sharm el-Sheikh, Mesir. “Siapa pun yang serius dengan agenda iklim juga harus serius tentang perlunya segera menghentikan agresi Rusia, memulihkan integritas teritorial kami, dan memaksa Rusia ke dalam negosiasi perdamaian sejati,” kata Zelenskyy, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga

Dia mengklaim, Ukraina telah berulang kali mengusulkan pembicaraan atau perundingan semacam itu dengan Rusia. “Namun kami selalu menerima tanggapan gila Rusia dengan serangan teroris baru, penembakan atau pemerasan,” ucapnya.

“Sekali lagi, pemulihan integritas teritorial, penghormatan terhadap Piagam PBB, kompensasi untuk semua kerusakan yang disebabkan oleh perang, hukuman bagi setiap penjahat perang dan jaminan bahwa ini tidak akan terjadi lagi. Semua hal ini adalah syarat yang benar-benar dapat dimengerti,” kata Zelenskyy menambahkan.

Sebelumnya Zelenskyy telah mengatakan bahwa pemerintahannya tidak akan melakukan negosiasi dengan Rusia, terutama selama Moskow dipimpin oleh Vladimir Putin. Pejabat-pejabat Ukraina telah mengulangi posisi atau sikap tersebut di berbagai kesempatan.

Penasihat Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, bahkan masih menegaskan posisi tersebut dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia, La Repubblica, yang diterbitkan pada Selasa. "Bernegosiasi dengan Putin berarti menyerah, dan kami tidak akan pernah memberinya hadiah ini," kata Podolyak dalam wawancara tersebut.

Menurut dia, Rusia menuntut Ukraina menyerahkan wilayahnya sebagai prasyarat untuk pembicaraan. Podolyak menegaskan, negaranya tidak akan bisa menerima hal tersebut. “Masyarakat tidak akan pernah menerima ini. Tentara Rusia akan meninggalkan wilayah Ukraina, dan kemudian dialog akan hadir,” ucapnya.

Pada Senin (7/11/2022) lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengulangi posisi Rusia bahwa negaranya terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Namun Peskov menuduh Kiev menolak usulan atau inisiatif tersebut. Moskow telah berulang kali mengatakan tidak akan menegosiasikan kembali status wilayah yang telah dicaploknya dari Ukraina.

Pada 30 September lalu, Vladimir Putin mengesahkan bergabungnya empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, ke Rusia. Empat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia. Pada 23 hingga 27 September lalu, keempat wilayah itu menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement