Selasa 08 Nov 2022 23:55 WIB

BMKG: Terdapat Puncak Gerhana Bulan Total yang Terlihat di Ternate

Sejumlah wilayah tak bisa menyaksikan gerhana bulan total karena cuaca mendung.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andi Nur Aminah
Penampakan gerhana bulan total di langit Jaifuri, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (8/11/2022). Fenomena astronomis gerhana bulan total tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang di Papua sekitar pukul 18:08 WIT.
Foto: ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Penampakan gerhana bulan total di langit Jaifuri, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (8/11/2022). Fenomena astronomis gerhana bulan total tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang di Papua sekitar pukul 18:08 WIT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan terdapat puncak gerhana bulan total yang terlihat dari Ternate, Maluku Utara. Hal ini diungkapkan di akun Twitter resmi @infoBMKG pada Selasa (8/11/2022) pukul 20.06 WIB.

"Inilah puncak gerhana bulan total 8 November 2022 yang terlihat dari Ternate, Maluku Utara. Indah banget ya," dikutip dari akun Twitter resmi BMKG.

Baca Juga

Kemudian, BMKG mengimbau masyarakat untuk bersabar bagi yang wilayahnya berawan ataupun hujan. "Harap bersabar bagi yang wilayahnya berawan ataupun hujan saat ini yah," katanya.

Sebelumnya diketahui, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fase gerhana bulan total akan berlangsung selama tujuh jam. Gerhana dimulai pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 WITA hingga 20.57 WIB atau pukul 21.57 WITA.

"Di Sulawesi Tengah, fenomena ini dapat dilihat jelas oleh masyarakat pada kondisi cuaca yang baik," kata Pengamat Geofisika BMKG Stasiun Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, ditemui di Palu.

Ia menjelaskan, gerhana bulan suatu peristiwa normal terjadi, yang mana terdapat satu fenomena matahari, bulan dan bumi berada pada satu lintasan yang sejajar. Sehingga, bulan masuk ke umbra bumi yang mengakibatkan terjadi puncak gerhana dan bentuk bulat terlihat sempurna, dengan sifat bulan mengeluarkan cahaya terang dari cahaya normal.

"Setiap tahun fenomena ini pasti terjadi, karena ada frekuensi pengulangan, berbeda dengan fenomena gerhana matahari tidak terjadi setiap tahun," ujar Hendrik.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement