Rabu 09 Nov 2022 02:00 WIB

Ratusan Muslim Ambon Shalat Gerhana Bulan di Masjid Raya Al-Fatah

Gerhana bulan mengingatkan kita pada kebesaran Allah dengan adanya fenomena alam ini

Jamaah melaksanakan shalat khusuf atau shalat gerhana bulan  (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Jamaah melaksanakan shalat khusuf atau shalat gerhana bulan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Ratusan warga Muslim Kota Ambon mengikuti shalat gerhana bulan secara bersamaan di Masjid Raya Al-Fatah, sebagai bentuk mengingat Allah SWT atas kebesaran-Nya. Pada kesempatan ini kita melaksanakan shalat gerhana bulan pada pukul 20.00 WIT setelah shalat isya. Alhamdulillah tadi kita selesai dengan baik dan shalat gerhana bulan ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW," kata Ustaz Masjid Raya Al-Fatah, Syafril Majapahit, usai salat gerhana, di Ambon, Selasa (9/11/2022) malam.

Ia menjelaskan, awal mula melaksanakan shalat gerhana bulan wajib didahului dengan niat baik dengan bahasa arab, maupun bahasa Indonesia. "Lalu takbiratul ihram, sebagaimana shalat biasa, membaca doa iftitah, lalu membaca Al-Fatihah, dan disunahkan membaca surah Al-Baqarah, atau surah yang lain yang dihafal juga bisa, tapi disunahkan untuk membaca Al-Baqarah," terangnya.

Baca Juga

Menurutnya, dalam shalat gerhana bulan, surah Al-Baqarah disunahkan 100 ayat, tetapi bisa juga dikondisikan. Setelah itu, ia melanjutkan dengan rukuk, iktidal, setelah iktidal, tidak langsung sujud namun dilanjutkan dengan membaca surah Al-Fatihah dan surah lain.

"Untuk rakaat keduanya sama saja dengan pertama tapi sedikit berbeda, yang pertama lebih lama, dan yang kedua lebih cepat," jelas Syafril.

Sementara itu, khatib shalat gerhana bulan, Abdul Rifan Syarif memaknai gerhana bulan yakni dengan mengingat kebesaran Allah bahwa fenomena alam adalah kehendak Allah. "Kalau fenomena alam yang luar biasa ini itu semua ada dalam kehendak Allah. Bahwa semuanya kecil dan yang maha besar hanya Allah," ujar Rifan.

Menurutnya, dalam momentum gerhana bulan, umat Muslim diingatkan untuk bertaubat. "Kalau di zaman nabi dulu mungkin itu ada yang 10 tahun baru terjadi gerhana bulan atau 100 tahun baru terjadi. Tapi kenapa akhir-akhir ini terjadi sesering mungkin gerhana. Ini bahwa Allah ingin menunjukkan kepada kita agar ingat Allah dan harus bertaubat, barangkali dari maksiat yang dilakukan," terangnya.

Salah seorang warga Muslim yang turut mengikuti shalat gerhana bulan di Masjid Raya Al-Fatah, Rafaldi Kaimudin mengaku merinding saat melihat gerhana bulan. "Bulannya kan memerah ya, dan saya cukup merinding melihat fenomena itu. Mengingatkan saya kepada Allah SWT," ucapnya.

Rafaldi sendiri baru pertama kali mengikuti salat gerhana bulan di Masjid Raya Al-Fatah Kota Ambon. "Saya baru pertama kali ikut di sini. Biasanya saya shalat bersama keluarga di rumah. Tapi Alhamdulillah syukur dapat mengikutinya bersama umat Muslim lainnya," kata Rafaldi.

Gerhana bulan total teramati di Maluku yakni, wilayah Ambon, Namrole, Namlea, Tiakur, Piru, dan Masohi. Mulai melihat fase gerhana pada Fase U2 (gerhana total) yaitu mulai pukul 19.16.19 WIT, hingga fase P4 (gerhana penumbra berakhir) pukul 22.57.43 WIT.

Sedangkan untuk wilayah Bula, Saumlaki, Langgur, Tual, dan Dobo, dapat mulai terlihat pada fase U1 (Gerhana Sebagian Mulai) yaitu pukul 18.08.59 WIT hingga fase P4. Puncak gerhana bulan total dimulai pukul 19.59 WIT di Provinsi Maluku baru diikuti daerah lainnya di Indonesia.

Total durasi gerhana bulan berlangsung selama satu jam 25 menit 44 detik, dan gerhana penumbra berakhir pukul 22.57 WIT. Gerhana bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.

Peristiwa ini diakibatkan dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi dan Bulan. Fenomena gerhana bulan total hanya terjadi saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement