Rabu 09 Nov 2022 14:44 WIB

Penelitian Sebut Pisang yang Masih Agak Hijau Terbukti Kurangi Risiko Kanker

Pati resisten pada pisang hijau mampu kurangi berbagai jenis kanker hingga 60 persen.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Pati resisten pada pisang hijau mampu kurangi berbagai jenis kanker hingga 60 persen.
Foto: Wallpaper Flare
Pati resisten pada pisang hijau mampu kurangi berbagai jenis kanker hingga 60 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menunjukkan gandum dan pisang agak hijau terbukti mengurangi risiko orang dengan herediter yang tinggi dari berbagai jenis kanker. Selain gandum dan pisang agak hijau, efek pencegahan utama itu dapat ditemukan dari pati resisten, seperti sereal sarapan, pasta dan nasi yang dimasak dan didinginkan, kacang polong dan biji-bijian.

“Kami menemukan bahwa pati resisten mengurangi berbagai jenis kanker hingga lebih dari 60 persen. Efeknya paling jelas di bagian atas usus,” kata profesor Nutrisi Manusia di Newcastle University, John Mathers dilansir The Brighter Side, Rabu (9/11/2022).

Baca Juga

Uji coba internasional (CAPP2) melibatkan hampir 1.000 pasien dengan sindrom Lynch dari seluruh dunia. Pengujian mengungkapkan bahwa dosis reguler pati resisten (juga dikenal sebagai serat yang dapat difermentasi) yang dikonsumsi rata-rata dua tahun, mengurangi kanker di bagian tubuh lebih dari setengahnya.

Efek ini terutama terlihat pada kanker gastrointestinal bagian atas, termasuk kanker esofagus, lambung, saluran empedu, pankreas, dan duodenum. Efek yang menakjubkan terlihat bertahan selama 10 tahun setelah berhenti mengonsumsi suplemen.

“Ini penting karena kanker saluran pencernaan bagian atas sulit didiagnosis dan seringkali tidak terdeteksi sejak dini,” ujar Mathers.

Pati resisten dapat diambil sebagai suplemen bubuk dan ditemukan secara alami dalam kacang polong, kacang-kacangan, gandum, dan makanan bertepung lainnya. Dosis yang digunakan dalam percobaan setara dengan makan pisang setiap hari. Sebelum menjadi terlalu matang dan lunak, pati dalam pisang menahan kerusakan dan mencapai usus di mana dia dapat mengubah jenis bakteri yang hidup di sana.

“Tepung resisten adalah jenis karbohidrat yang tidak dicerna di usus kecil, melainkan berfermentasi di usus besar, memberi makan bakteri usus yang menguntungkan, ia bertindak seperti serat makanan dalam sistem pencernaan,” kata Mathers.

Jenis pati ini memiliki beberapa manfaat kesehatan dan kalori lebih sedikit daripada pati biasa. Peneliti memperkirakan pati resisten dapat mengurangi perkembangan kanker dengan mengubah metabolisme bakteri asam empedu dan mengurangi jenis asam empedu yang dapat merusak DNA, yang akhirnya menyebabkan kanker. Namun, hal ini perlu penelitian lebih lanjut.

Antara 1999 dan 2005, hampir 1.000 peserta mulai mengonsumsi pati resisten dalam bentuk bubuk setiap hari selama dua tahun atau aspirin atau plasebo. Pada akhir tahap pengobatan, tidak ada perbedaan keseluruhan antara mereka yang telah mengonsumsi pati resisten atau aspirin, dan mereka yang tidak.

Namun, tim peneliti mengantisipasi efek jangka panjang dan merancang penelitian lebih lanjut. Dalam periode tindak lanjut, hanya ada lima kasus baru kanker saluran cerna atas di antara 463 peserta yang menggunakan pati resisten dibandingkan dengan 21 di antara 455 peserta yang menggunakan plasebo.

Tim sekarang memimpin uji coba internasional, CaPP3, dengan lebih dari 1.800 orang dengan sindrom Lynch terdaftar untuk melihat apakah dosis aspirin yang lebih kecil dan lebih aman dapat digunakan untuk membantu mengurangi risiko kanker. Penelitian ini didanai oleh Cancer Research UK, European Commission, Medical Research Council, dan National Institute for Health Research.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement