REPUBLIKA.CO.ID, QATAR -- Duta Besar Qatar untuk Piala Dunia 2022, Khalid Salman kembali menegaskan apabila homoseksual merupakan tanda kerusakan pikiran. Itu ditegaskan Khalid Salman dalam wawancara dengan media asal Jerman.
Qatar terus bersiap menjelang dibukanya hajatan empat tahunan sepak bola dunia. Namun, beberapa pekan menjelang berlangsungnya Piala Dunia persoalan tentang berbagai kecaman terhadap Negeri Teluk tak kunjung larut.
Kali ini Duta Besar Qatar, Khalid Salman menyerukan pendapatnya tentang homoseksualitas dan ia mengecam tindakan tersebut lantaran Qatar merupakan negara dengan penduduk mayoritas Islam.
"Para penonton harus menerima aturan di sini bahwa homoseksual haram, yang artinya dilarang. Itu diharamkan karena kerusakan pikiran," kata Salman saat diwawancara ZDF, dilansir pada Rabu (9/11/2022).
Adapun sejumlah atlet sepak bola menyuarakan kekhawatiran mereka atas hak-hak para penggemar sepak bola yang melancong ke Qatar untuk menyaksikan Piala Dunia, khususnya kelompok LGBT+ dan perempuan. Sejumlah kelompok HAM menyebut undang-undang di Qatar menentang pergerakan tersebut.
Dalam perjalanannya menggelar Piala Dunia. Qatar telah menerima banyak kritik internasional. Negara tersebut dinilai menjadi negara pertama di Timur Tengah dan dunia Muslim yang menjadi tuan rumah sepak bola dunia.
The Guardian, Rabu (9/11/2022) melaporkan tahun lalu bahwa 37 pekerja tewas dalam kaitannya langsung dengan pembangunan stadion Piala Dunia.
Sebagian besar pria Asia Selatan yang bekerja untuk mempersiapkan turnamen sering menghadapi kondisi kerja yang sulit dan banyak dari kematian mereka tetap tidak dapat dijelaskan. Di sisi lain, Organisasi Perburuhan Internasional mengatakan Qatar telah membuat beberapa perbaikan mengenai kondisi kerja dalam laporan September.
Kritik tersebut mendorong Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani melayangkan komentar terhadap apa yang digambarkan sebagai kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya melawan Qatar.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani membahas kontroversi lebih lanjut pekan lalu, menuduh para kritikus Qatar sebagai golongan munafik. Mohammed mengatakan semua orang diterima di Qatar, tetapi para penggemar harus menghormati hukum yang tertera pada negara tersebut.
"Saya pikir ada beberapa orang yang tidak menerima bahwa negara kecil di Timur Tengah menjadi tuan rumah acara global seperti itu," kata Mohammed Al Thani.
Untuk diketahui negara-negara Teluk lainnya telah terlibat dalam kontroversi serupa terkait dengan orang-orang LGBTQ. Pada bulan Juni lalu, media pemerintah Saudi menyiarkan laporan yang mengaitkan mainan berwarna pelangi dengan homoseksualitas.
Sementara pemerintah Kuwait juga meminta masyarakat untuk melaporkan gambar bendera kebanggaan LGBTQ, yang memiliki warna pelangi di atasnya. Pada bulan September, beberapa negara Teluk memperingatkan Netflix atas konten LGBTQ.
FIFA sendiri memilih bungkam saat dimintai komentar perihal ini. Koordinator Piala Dunia berulang kali menegaskan, semua orang di terima masuk Qatar selama perhelatan Piala Dunia.