REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha, menyatakan, Indonesia International Book Fair (IIBF) 2022 merupakan ikhtiar untuk mendekatkan buku kepada para pencintanya. Selain itu, dia menyebut IIBF 2022 merupakan acara yang berbalut optimisme kebangkitan dunia perbukuan di Indonesia.
"Ini adalah acara yang berbalut optimisme bahwa dunia perbukuan akan bangkit setelah mengalami terpaan pandemi," ujar Arys dalam sambutannya pada pembukaan IIBF 2022 di Hall B Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Arys melihat sebuah keniscayaan baru dalam IIBF 2022 dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap buku melalui teknologi. Sebab, IIBF 2022 juga dilakukan secara luring melalui lokapasar. Dengan adanya pilihan datang langsung ke Hall B JCC atau melalui lokapasar diharapkan dapat menjangkau seluruh masyarakat yang tersebar di segala penjuru Indonesia.
"Karena Indonesia demikian luas silakan kita bisa mengakses buku dari mana-mana. Karena hal terpenting dari literasi adalah akses terhadap bahan bacaan," kata dia.
Menurut Arys, tingkat melek huruf di Indonesia mencapai angka 98 persen. Melihat angka tersebut, dia menilai orang Indonesia tidak kekurangan kemampuan untuk membaca. Hanya saja, akses terhadap bacaan yang masih kurang. Untuk itu, upaya peningkatan akses tersebut harus dilakukan.
"Memang kita masih harus meningkatkan diri dalam hal akses terhadap bahan bacaan. Setelah itu baru kita bergerak pada pembiasaaan membaca," ujar Arys.
Di samping itu, Arys juga mengatakan, pihaknya berharap IIBF 2022 dapat menjadi pesan untuk masyarakat agar hanya mengakses buku asli. Sebab, jika ingin berbicara tentang pengembangan buku ke depan, tentang energi kreatif dari para pencipta di negeri ini, maka yang harus dilakukan paling pertama adalah mengangkat derajat para kreator dengan memberikan hak ekonomi mereka dan menghindari pembelian buku bajakan.
"Kami sering bicara bahwa buku itu hadir untuk dibaca, bukan dibajak. Dengan membeli buku original, pembaca turut serta dalam keberlanjutan proses dan produk kreatif," terang dia.
IIBF kembali diselenggarakan untuk yang ke-42 kalinya. IIBF 2022 kembali dilakukan secara hibrida, dengan pameran luring di Hall B JCC, Jakarta, dan secara daring di salah satu lokapasar.
"Seperti tahun sebelumnya IIBF 2022 dilakukan secara hibrida. Di mana kita tatap muka dan juga diselenggarakan melalui lokapasar Shopee. Dalam lokapasar ini diikuti oleh 80 penerbit yang tersebar di seluruh Indonesia," ujar Ketua Panitia IIBF 2022, Wahyu Rinanto.
Pameran yang pertama kali diselenggarakan pada 1980 dengan nama Indonesia Book Fair (IBF) itu mulai diselenggarakan secara hibrida pada 2021 lalu akibat pandemi Covid-19. Setelah dua tahun pandemi, Wahyu berharap IIBF 2022 dapat menjadi momentum kebangkitan industri perbukuan nasional.
"Kami akui bukan hal mudah menjaring peserta, terutama peserta IIBF offline atau yang langsung di lokasi ini. Bisa jadi sebenarnya penerbit telah terbiasa melakukan penjualan lewat jaringan atau daring atau mungkin distribusi yang lain," jelas dia.
Tapi, menurut Wahyu, pada hakikatnya pameran buku bukan sekadar untuk jual-beli buku. Lebih dari itu, pameran buku adalah tempat bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan dunia perbukuan, tempat pembaca bertemu dengan para penulis, ilustrator, penerjemah, pekerja kreatif, dan pekerja perbukuan lainnya.
"Di tempat pameran ini adalah tempat bertemunya penerbit dan lembaga literasi untuk menjalin komunikasi dan dengan sesama penerbit dan dengan masyarakat pembaca. Karena itu, IIBF 2022 ini selalu menghadirkan berbagai acara bagi masyarakat perbukuan," kata Wahyu.
IIBF 2022 akan menghadirkan 45 kegiatan di dalamnya mulai Rabu (9/11/2022) hingga Ahad (13/11/2022) mendatang. Sebagai pameran berskala internasional, panitia juga menghadirkan Indonesia Rights Fair yang diikuti oleh 50 penerbit baik dari dalam maupun luar negeri.