REPUBLIKA.CO.ID, Pada mulanya Kairouan ini dibangun oleh Uqba ibn Nafi sebagai pangkalan militer pasukan Muslim. Namun, kemudian Uqba membangun masjid, istana sebagai pusat pemerintahan, dan rumah-rumah bagi prajurit.
Ia mendirikan masjid yang pada masa selanjutnya menjadi salah satu identitas kota ini, yaitu Masjid Agung Uqba atau Jami Uqba yang dikenal pula sebagai Masjid Agung Kairouan.
Fondasi masjid ini diletakkan pada sekitar 670 Masehi oleh Uqba. Masjid tersebut mempunyai ruang shalat dengan banyak kolom yang indah, dihiasi ubin dari kaca, dan hiasan mushaf dari pahatan kayu. Masjid ini terbuat dari bata lumpur.
Pada 724 Masehi, masjid ini direkonstruksi dan ada tambahan bangunan lainnya, yaitu sebuah menara. Di bawah kekuasaan Dinasti Aghlabid, Kairouan mengalami perluasan yang cukup besar dan mencapai puncak kemakmurannya.
Salah seorang penguasa Dinasti Aghlabid, Ibrahim Ibn Ahmad, yang memerintah sekitar tahun 876 membangun sebuah istana yang indah dan sejuk, sebuah benteng di sekitar kota penting, pasar, tempat pemandian, taman-taman yang indah, dan kebun besar.
Sejumlah bangunan penting yang dibuat pemerintahan dinasti tersebut, antara lain, saluran air dan jembatan, sistem pembuangan limbah, dan waduk untuk pengairan. Di sisi lain, Kairouan juga menjadi pusat perdagangan dan ekonomi.
Toko-toko dengan beragam barang dagangan yang dipajang di dalamnya, menghampar di sepanjang jalan. Salah satu komoditas perdagangan yang terkenal adalah karpet. Karpet ini biasanya dibuat dengan tangan oleh para pengrajin perempuan.
Ciri karpet Kairouan adalah bermotif tumbuhan disertai dengan garis-garis di pinggiran karpet. Tradisi kerajinan karpet ini masih bertahan dan karpet tersebut tetap dibuat dengan tangan oleh para pengrajin perempuan.