Kamis 10 Nov 2022 05:29 WIB

Kemenkominfo Optimalkan Komunikasi Presidensi G20 Melalui Komedi

Kemenkominfo mengoptimalkan komunikasi presidensi G20 melalui acara stand up komedi.

Acara Workshop Produksi Konten dan Kompetisi Standup Comedy Seputar G20 (Komedi Putar G20), yang digelar di Tangerang, Selasa (8/11/2022). Kemenkominfo mengoptimalkan komunikasi presidensi G20 melalui acara stand up komedi.
Foto: Istimewa
Acara Workshop Produksi Konten dan Kompetisi Standup Comedy Seputar G20 (Komedi Putar G20), yang digelar di Tangerang, Selasa (8/11/2022). Kemenkominfo mengoptimalkan komunikasi presidensi G20 melalui acara stand up komedi.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sebagai amplifikasi Puncak Presidensi G20 Indonesia yang memang tidak mudah untuk dikomunikasikan ke akar rumput atau masyarakat awam, stand up comedy (komedi tunggal) menjadi salah satu bentuk komunikasi yang potensial untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat.

"Oleh karena itu, materi tentang G20 yang dibungkus dengan komedi merupakan inovasi yang luar biasa," kata Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Hasyim Gautama, dalam Workshop Produksi Konten dan Kompetisi Standup Comedy Seputar G20 (Komedi Putar G20) di Tangerang, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga

Dikatakan Hasyim, untuk mengoptimalkan posisi Indonesia sebagai penyelenggara G20 tahun 2022, diperlukan komunikasi yang terintegrasi sehingga mampu membangun brand awareness dan reputasi bangsa Indonesia dalam kegiatan tingkat internasional.

Sebagaimana diketahui, penyelenggaraan presidensi G20 tinggal menghitung hari. Puncaknya, akan dilaksanakan KTT G20 di Bali pada tanggal 15-16 November 2022.

“Tentu dunia akan menyoroti kita dalam peran sebagai presidensi dan tuan rumah sehingga persiapan yang matang harus kita upayakan dengan optimal,” ujar Hasyim.

Lebih lanjut dijelaskan Hasyim, seperti tema Presidensi G20 yakni Recover Together, Recover Stronger, gagasan terkait G20 dalam komedi tunggal adalah bentuk kolaborasi dan kontribusi bersama. “Harapannya kegiatan ini menjadi pemantik semangat untuk kita semua,” katanya.

Di sisi lain, Tenaga Ahli Menteri Kominfo, Devi Rahmawati, yang hadir sebagai narasumber dalam workshop menjelaskan bahwa isu serius juga dapat disampaikan dengan pendekatan yang lebih santai bahkan lucu.

“Dengan adanya ketegangan dalam keseharian kita, komedi bisa lebih menarik perhatian masyarakat, setidaknya untuk mengetahui ada Presidensi G20 Indonesia,” ujar Devi.

Sementara itu, Komika Vikri Rasta, mengatakan komedi adalah cara yang paling tepat untuk mengkritisi sesuatu yang harus dikritik. “Hanya melalui komedi, seseorang yang dikritik tetap bisa menanggapinya dengan tertawa,” katanya.

Namun, Vikri juga menjelaskan bahwa seorang komika memiliki batasan dalam diri saat berkarya. “Kita harus tahu batasannya ada di mana. Dari setiap batasan yang diciptakan dalam berkarya ada konsekuensinya. Nah, setiap konsekuensi itu kembali ke diri kita masing-masing. Mau ambil konsekuensinya atau tidak,” kaat Vikri lagi.

Dalam kesempatan tersebut, Vikri turut menyampaikan harapan dari event G20 ini semakin banyak orang luar negeri yang belajar Bahasa Indonesia. Narasumber lainnya, Emjeh, yang merupakan seorang Tiktok influencer memaparkan pandangannya dari sisi media sosial Tiktok.

Menurutnya, shifting (peralihan) media sosial saat ini benar-benar menarik, karena kesukaan setiap orang berbeda-beda. “Sosial media saat ini tergantung algoritma. Algoritma dalam Tiktok itu interest based. Apa yang orang suka, itulah yang akan dimunculkan ke pengguna. Sehingga saat orang buka Tiktok, yang dilihat hanya apa yang disukai sampai nggak ingat waktu lagi,” jelasnya.

Baca juga : Gunakan Livery Khusus KTT G20, 300 Air ev Tampil dengan Nuansa Indonesia

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement