REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Ahzab ayat 28 memberi pemaparan tentang bagaimana kehidupan berkeluarga Nabi Muhammad SAW bersama para istrinya. Ayat tersebut menunjukkan betapa istri-istri Nabi SAW juga manusia biasa sehingga kerap menginginkan terpenuhinya kehidupan duniawi.
Dalam buku tafsir Kementerian Agama dijelaskan, sebab turunnya Surat Al Ahzab ayat 28 diawali kisah ketika Nabi Muhammad SAW sedang duduk dikelilingi oleh beberapa istrinya. Nabi SAW diam seolah menyimpan keresahan hatinya.
Lalu, datang Abu Bakar dan Umar bin Khattab untuk menengok kedua putrinya. Sempat ditolak masuk rumah oleh Nabi, namun kemudian kedua sahabat itu diizinkan masuk.
Abu Bakar bertanya kepada putrinya, Aisyah, soal apakah ia meminta sesuatu yang tidak dimiliki Nabi SAW. Umar bin Khattab juga menemui putrinya, Hafshah, istri Nabi yang lain. Umar juga menanyakan hal yang sama.
Dalam riwayat tidak disebutkan soal apa yang diminta oleh para istri Nabi. Lalu, para istri itu berjanji tidak meminta sesuatu yang tidak dimiliki Nabi SAW.
Setelah itu, turunlah firman Allah SWT: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, "Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut‘ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik." (QS Al-Ahzab ayat 28)
Kemudian, usai turunnya ayat tersebut, Nabi SAW minta Aisyah untuk bermusyawarah bersama ayahnya, Abu Bakar. Saat itulah Aisyah menjawab, "Apakah dalam hal seperti ini aku harus bermusyawarah dengan ayahku? Tidak. Sungguh aku menginginkan Allah SWT dan Rasul-Nya serta kehidupan akhirat." Istri-istri Nabi yang lain pun demikian.
Quraish Shihab, dalam menafsirkan ayat tersebut menjelaskan, istri-istri Nabi adalah manusia biasa seperti manusia pada umumnya. Mereka perempuan sebagaimana perempuan lainnya sehingga punya kecenderungan ingin memiliki perhiasan hidup. Karena inilah, mereka meminta kepada Nabi SAW.
Nabi Muhammad tidak menyalahkan permintaan mereka. Namun membuat diri beliau sedih dan menyendiri serta enggan menerima tamu. Abu Bakar dan Umar pun awalnya ditolak masuk oleh Nabi tetapi kemudian diberi izin.
Selanjutnya, seperti dipaparkan Quraish Shihab, apa yang diminta para istri ditolak Nabi bukan karena tidak bisa mengusahakannya. Namun, apa yang beliau SAW miliki itu diberikan untuk berbagai hal yang lebih penting. Karena itu pula, Nabi SAW dan keluarganya hidup sederhana.