Kamis 10 Nov 2022 14:30 WIB

Cara LPKR Mengelola Air di Kota Mandiri

Kolam retensi dibangun untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan.

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkomitmen menerapkan strategi berkelanjutan dalam bisnisnya, salah satunya dengan melakukan pengelolaan air.
Foto: .
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkomitmen menerapkan strategi berkelanjutan dalam bisnisnya, salah satunya dengan melakukan pengelolaan air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkomitmen menerapkan strategi berkelanjutan dalam bisnisnya, salah satunya dengan melakukan pengelolaan air. Hal ini terlihat dalam pembangunan beberapa kolam retensi di wilayah perumahan yang dikembangkan perseroan.

Kolam retensi dibangun untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan, yang selanjutnya diolah untuk digunakan kembali. Selain itu, mengolah air limbah untuk digunakan kembali pada kegiatan operasional, seperti irigasi, pembersihan saluran air, menara pendingin, dan toilet flushing.

CEO LPKR John Riady mengatakan selama bertahun-tahun LPKR telah melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendaur ulang air hujan dan air limbah untuk menambah sumber air dan mengurangi pengambilan air. "Kami juga berkomitmen untuk menerapkan pengelolaan air secara hati-hati di seluruh unit bisnis," katanya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/11/2022).

Di kota mandiri Lippo Village yang dikembangkan LPKR, semua kebutuhan operasional seperti irigasi dan pembersihan saluran air menggunakan air limbah yang diolah. Selain operasional real estat, di properti lain seperti mal, rumah sakit, dan hotel, perseroan juga mencari cara untuk meningkatkan daur ulang air di lokasi masing-masing. Pada 2021, ada peningkatan hingga tiga kali lipat atas volume air daur ulang yang digunakan di mal dibandingkan tahun 2020.

Sementara di Kemang Village, Jakarta Selatan, sirkulasi air dapat dicapai melalui daur ulang dan pengelolaan air yang bertanggung jawab. Di bawah Kemang Village terdapat kolam retensi dengan kapasitas 100.000 m3 dan berfungsi untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan dari area sekitar Kemang. 

Kolam retensi ini memiliki peran penting untuk mencegah banjir, dan juga berfungsi sebagai sumber air dalam pengembangan yang terintegrasi. Instalasi pengolahan air di Kemang Village memproses dan memproduksi air minum, sementara instalasi pengolahan air limbah mengelola air limpasan untuk memproduksi air yang tidak dapat diminum untuk digunakan kembali.  

Saat ini, 99 persen kebutuhan air di Kemang Village didapatkan dari sumber air alternatif, yang mana 63 persen berasal dari pengumpulan air hujan dan air limpasan dari kolam retensi dan 36 persen dari hasil pengolahan air limbah. Hanya satu persen pasokan air berasal dari sumber air kota. 

Selain itu, Kemang Village telah secara signifikan meningkatkan efisiensi daur ulang air limbahnya dalam tiga tahun terakhir. Pada 2021, Kemang Village telah mengolah 99 persen air limbahnya (hanya satu persen air limbah yang dibuang), naik dari 68 persen pada 2019.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement