Kamis 10 Nov 2022 15:09 WIB

Resmi Go Public, Saham Elzatta Loncat 35 Poin

Elzatta go public dengan kode ZATA dan berhasil meraup dana Rp 170 Miliar

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
CEO Elcorps, Elidawati Ali Oemar. PT Bersama Zatta Jaya Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham berkode emiten ZATA ini dibuka posisi Rp 100 atau naik 35 poin (35 persen) ke Rp 135.
Foto: Republika/Abdan Syakura
CEO Elcorps, Elidawati Ali Oemar. PT Bersama Zatta Jaya Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham berkode emiten ZATA ini dibuka posisi Rp 100 atau naik 35 poin (35 persen) ke Rp 135.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bersama Zatta Jaya Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham berkode emiten ZATA ini dibuka posisi Rp 100 atau naik 35 poin (35 persen) ke Rp 135.

Perseroan melakukan penawaran umum perdana saham dengan melepas 1.700.000.000 saham setara dengan 20,01 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dan dana yang berhasil dihimpun perusahaan sebesar Rp 170 miliar. Perusahaan menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek dalam penawaran umum perdana saham.

"Hadirnya perusahaan sebagai pionir industri fesyen Muslim/modest fashion di lantai bursa, diharapkan dapat membangkitkan semangat industri fesyen tanah air agar semakin maju, berkembang dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Direktur Utama Bersama Zatta Jaya Elidawati, Kamis (10/11/2022).

Menurutnya perusahaan menghadirkan produk-produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif diharapkan dapat memenuhi kebutuhan segmen market muslim yang luas, meningkatkan lapangan pekerjaan, dan pada akhirnya berkontribusi lebih bagi negara lewat pajak yang dibayarkan.

Adapun langkah perusahaan dapat melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan ekspansi usaha, kapasitas pendanaan, tata kelola, dan prinsip keterbukaan yang lebih baik sebagai perusahaan publik.

Saat ini ZATA dipimpin Elidawati sebagai Direktur Utama, Ronny Soleh Pahlevi, Toha Azhari, dan Sukaesih masing-masing sebagai direktur. Kemudian posisi komisaris, Akbar Fatahillah Sabanda sebagai komisaris utama, Eva Hanura Luziani, Henda Roshenda Noor, Abdullah Gymnastiar, dan Muhammad Ridlo masing-masing sebagai komisaris. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement