REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengatakan, selama dua pekan terakhir telah terjadi penurunan kasus baru gagal ginjal akut pada anak. Hingga kini sebaran kasus gagal ginjal akut anak masih berada di 28 provinsi.
"Gagal ginjal akut kami ingin sampaikan masih (tersebar) 28 provinsi dengan 324 kasus ya dan kami ingin sampaikan dalam 2 minggu terakhir, kasus baru menunjukkan penurunan yang sangat tajam, tidak mengkhawatirkan kita lagi," ujar Syahril dalam keterangan pers secara daring pada Kamis (10/11/2022).
Syahril mengatakan upaya ini merupakan hasil sejak dikeluarkannya Surat Edaran yang melarang nakes dan apotek untuk memberikan obat cair/sirop pada anak. Ini merupakan langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah, mengingat hasil pemeriksaan terhadap kasus GGAPA yang dilaporkan di 28 provinsi menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten, faktor risiko terbesar penyebab GGA adalah toksikasi dari EG dan DEG pada sirop/obat cair
Berita baiknya, sambung Syahril, dalam tujuh hari terakhir tidak ada penambahan kasus gagal ginjal akut anak. "Penambahan kematian hanya satu ya dan saat ini (pasien anak) masih dirawat ada 21 pasien. Jadi semakin menurun karena ada yang sembuh gitu ya," ujarnya.
Kematian gagal ginjal paling banyak terjadi di usia 1 sampai 5 tahun. Mayoritas kasus berada pada stadium 3 (58 persen). Syahril mengungkapkan stadium 3 itu bisa diobati apabila belum betul-betul menjadi stadium yang sangat berat. Kalau stadium 1 dan 2 kemungkinan besar semuanya bisa diselamatkan.
Kementerian kesehatan juga terus menekan angka kematian akibat GGAPA dengan memberikan antidotum fomepizole sebagai bagian dari terapi pengobatan pasien. Obat antidotum (penawar) fomepizole injeksi sudah ratusan vial didatangkan dari Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang (246 vial). Sebanyak 200 vial antidotum fomepizole juga sudah didistribusikan ke 41 rumah sakit di 34 Provinsi di Indonesia.