REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sahabat perempuan (shahabiyah) berbaur dan hidup bersama dengan kaum laki-laki. Mereka belajar, mendakwahkan Islam dan berhijrah bersama dengan kaum laki-laki, juga saling bahu-membahu dan melengkapi dalam menjalani kehidupan bersama dengan suaminya.
Tidak sedikit pula shahabiyah yang ikut terjun ke medan perang, membantu pasukan umat Islam. Terkadang mereka tidak hanya berfungsi sebagai tenaga medis dan penyuplai logistik, tetapi juga ikut memanggul senjata dan ikut berperang. Beberapa nama di antaranya adalah Nusaibah binti Ka’ab, Rubayyi’ binti Muadz, Ummu Sulaim, Rufaidah al-Aslamiyah, Shafiyah (bibi Nabi), Sayyidah Fatimah (putri Nabi), serta Asma’ binti Yazid.
Asma’ binti Yazid merupakan salah satu shahabiyah yang dikenal berani, kritis dan piawai dalam berbicara. Ia kerap menjadi wakil kaum perempuan jika ingin menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad SAW, namun mereka tidak berani atau sungkan mengutarakannya.
Suatu ketika, Asma binti Yazid mendatangi majelis Nabi Muhammad untuk menanyakan suatu perkara.Di tengah-tengah acara, ia mengangkat tangan dan mengungkapkan isi pikirannya, sebagaimana pikiran kaum hawa lainnya.