REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran membebaskan seorang blogger Italia yang ditahan pada akhir September lalu. Alessia Piperno (30 tahun) ditangkap dan ditahan selama aksi protes nasional yang memprotes kematian perempuan muda Iran, Mahsa Amini.
"Setelah upaya diplomatik yang intens, hari ini Alessia Piperno dibebaskan oleh otoritas Iran dan bersiap untuk kembali ke Italia," kata pernyataan dari kantor Perdana Menteri Giorgia Meloni, dilaporkan Alarabiya, Kamis (10/11/2022).
Meloni menelepon orang tua Piperno untuk menginformasikan bahwa putri mereka telah dibebaskan dan akan kembali ke rumah. Piperno ditangkap dan dipenjara di Teheran beberapa hari setelah pihak berwenang menangkap sembilan orang asing karena terlibat dalam aksi protes nasional.
Saat itu, orang tua Piperno mengatakan, mereka kehilangan kontak dengan putrinya pada 28 September, yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Mereka kemudian menerima panggilan telepon pada 2 Oktober yang menginformasikan bahwa Alessia Piperno berada di penjara.
“Mereka menangkap saya. Saya berada di penjara di Teheran. Tolong bantu saya,” kata Piperno kepada orang tuanya, yang dikutip surat kabar Il Messaggero.
“Saya baik-baik saja tetapi ada orang di sini yang mengatakan bahwa mereka telah berada di dalam penjara selama berbulan-bulan dan tanpa alasan. Saya takut aku tidak akan dikeluarkan (dari penjara). Tolong saya," ujar Piperno ketika itu.
Ayahnya, Alberto, mengatakan, putrinya telah merencanakan perjalanan dalam rangka merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya dari Prancis, Polandia, dan Iran. Piperno telah berkeliling dunia selama enam tahun terakhir. Menurut akun Instagramnya, dia telah berada di Iran selama dua bulan.
Aksi protes dan kekerasan menyebar luas di seluruh Iran setelah kematian Mahsa Amini (22 tahun) pada September. Amini meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral karena diduga tidak menggunakan pakaian yang sesuai aturan negara.
Iran menuduh negara asing memicu protes nasional. Aksi protes nasional yang diwarnai kekerasan dan bentrokan menyebabkan puluhan kematian di antara demonstran, termasuk pasukan keamanan.