REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai perusahaan energi yang beroperasi di objek vital nasional (Obvitnas), integrated terminal atau terminal bahan bakar berperan dalam aktivitas penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian BBM maupun LPG agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk melatih kesiapan personel dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan, PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading melalui Regional Sumatra Bagian Selatan menggelar latihan simulasi penanggulangan keadaan darurat di Integrated Terminal (IT) Panjang, Lampung, pada Kamis (10/11/2022).
Dalam simulasi ini, skenario simulasi diawali dengan adanya kasus kesalahan operasi yang berdampak pada terjadinya tumpahan minyak (oil spill) di perairan dermaga Pertamina dan pelabuhan umum. Tak berselang lama, api pun muncul dan mulai membesar di area dermaga dan perairan, yang memicu diaktifkannya status keadaan darurat.
“Tentu kami tidak pernah menginginkan keadaan darurat yang sebenarnya terjadi. Namun perlu disadari bahwa karakter industri migas sangatlah high risk, sehingga simulasi ini menjadi kesempatan untuk mengasah dan mengevaluasi kembali kemampuan personel kami. Mulai dari level direksi, tim di level korporat, hingga pekerja di lapangan, agar terlatih dan siaga jika suatu saat harus menghadapi keadaan darurat,” jelas Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, yang langsung memimpin jalannya simulasi hari ini melalui pusat komando.
Dalam simulasi tersebut, Pertamina turut melibatkatkan pemangku kepentingan dan lembaga di sekitar wilayah operasi IT Panjang, yang sering kali terlibat sebagai garis terdepan dalam penanggulangan keadaan darurat. Mereka seperti Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas pelabuhan (KSOP), Polairud, Basarnas, RS Imanuel, PT ISAB, PT Pelindo, PT Bukit Prima, Polsek Panjang, dan pihak berwenang lainnya.
“Terima kasih untuk seluruh pekerja Pertamina Patra Niaga dan seluruh pihak yang terlibat hari ini. Semoga kita dapat terus berupaya mewujudkan komitmen zero fatality di Pertamina,” tutup Alfian.