Jadi Guru Besar Termuda, Dosen UAD Terima Rekor MURI
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Senior Customer Relation Manager MURI, Andre Purwandono (tengah) menyerahkan rekor MURI kepada dosen UAD, Rully Charitas Charitas Indra Prahmana, sebagai guru besar termuda di bidang Ilmu Pendidikan Matematika. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Rully Charitas Charitas Indra Prahmana, mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rully dinobatkan sebagai Guru Besar Termuda bidang Ilmu Pendidikan Matematika oleh MURI.
Pasalnya, pria kelahiran 24 Januari 1987 tersebut sudah menjadi guru besar di usia 35 tahun. Rully menjadi guru besar setelah lebih dari 10 tahun mengabdi sebagai dosen.
Ia menerima penghargaan secara langsung dari MURI yang diwakilkan oleh Senior Customer Relation Manager MURI, Andre Purwandono, dalam Sidang Terbuka Senat UAD dalam Rangka Pengukuhan Guru Besar di Kampus 4 UAD, Bantul, DIY, pada 9 November 2022.
"Ini (Rully menjadi guru besar termuda) adalah prestasi yang sangat luar biasa," kata Andre. Ia pun berharap agar Rully dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
Utamanya memberikan inspirasi dan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat dalam bidang Ilmu Pendidikan Matematika. "Kami berharap bisa menjadi inspirasi buat kita semua dan bisa membuat insan bangsa Indonesia menyukai matematika dengan metode cara pengajaran yang diberikan beliau untuk Indonesia," ujar Andre.
Rektor UAD, Muchlas, mengatakan salah satu tantangan UAD dalam mengembangkan kualitas akademik yakni kurang cepatnya penambahan guru besar. Menurutnya, dibutuhkan banyak guru besar untuk dapat meningkatkan karya-karya ilmiah yang memberikan kontribusi kepada masyarakat.
"Kita memerlukan banyak guru besar agar UAD dapat meningkatkan karya-karya ilmiah terobosan atau breakthrough dan juga karya-karya spektakuler, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi penyelesaiaan masalah kemanusiaan. Sekaligus dapat membantu meningkatkan martabat bangsa dan negara di kancah global," kata Muchlas.
Pihaknya juga sudah mulai melakukan percepatan penambahan guru besar di UAD. Program percepatan guru besar pun dilakukan guna memperbanyak guru besar di UAD, dengan memfasilitasi baik dari pembinaan maupun pendanaan bagi dosen-dosen.
"Untuk menjadi profesor diperlukan pula spirit tanpa menyerah, ketekunan dan kesabaran yang tinggi, serta selalu konsisten," ujarnya.
Sementara itu, Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Aris Junaidi mengatakan, saat ini sudah ada 133 guru besar di perguruan tinggi swasta di bawah naungan LLDikti Wilayah V. Jumlah guru besar dikatakan sudah meningkat, namun masih relatif sedikit.
"Meningkat, tapi masih relatif sedikit yang swasta, akan terus kami lanjutkan dan kami pacu lagi," kata Aris. Sedangkan, di UAD sendiri sudah ada 21 guru besar.
Dengan bertambahnya guru besar di UAD, maka akan meningkatkan mutu pendidikan di UAD yang lebih baik. "Secara khusus meningkatkan mutu pendidikan di UAD ke arah yang lebih baik dan ke level yang lebih tinggi, dan secara umum akan meningkatkan mutu pendidikan di di LLDikti Wilayah V," ujar dia.
Aris menyebut, program percepatan kenaikan jabatan guru besar juga akan terus diupayakan semaksimal mungkin. Pihaknya, kata Aris, akan siap memfasilitasi perguruan tinggi dalam menciptakan guru besar.
"LLDikti berkomitmen akan membantu segala upaya untuk memajukan pendidikan di Yogyakarta. Akan terus kita tambah dan kami siap untuk memfasilitasi," jelasnya.