REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah mencanangkan Indonesia menjadi pusat industri halal pada 2024. Ketua Persatuan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, melihat target tersebut dapat tercapai jika perencanaannya menyeluruh dan ada detail tahapan target yang jelas.
Riyanto mengatakan, target menjadi pusat industri halal dunia tergantung kriteria dan parameter siapa yang menilainya. Kalau berdasarkan penilaian Global Islamic Economy Indicator (GIEI), ada enam sektor yang dinilai. Di antaranya keuangan islam, makanan halal, wisata ramah Muslim, fashion, farmasi dan kosmetik, media dan rekreasi.
Ia mengatakan, kalau Indonesia memang berkomitmen untuk menjadi pusat industri halal dunia, harus ada targetnya seperti apa, dan jalan menuju target itu sudah berjalan atau tidak. Baru dapat dinilai apakah targetnya bisa tercapai atau tidak di 2024.
"Namun dengan segala macam keterbatasan yang ada, komitmen pemerintah cukup kuat, hanya saja secara kelembagaan perlu ditingkatkan, karena lembaga pemerintah yang dedikasi kepada syariah atau industri halal baru Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) tapi tidak punya eksekutif power, BI juga tidak punya eksekutif power," kata Riyanto kepada Republika, Jumat (11/11/2022)
Ia menegaskan, kalau ada komitmen yang jelas dan ada program percepatan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal di 2024, yakin bisa tercapai. Menurutnya untuk mencapai target jadi pusat industri halal tidak bisa hanya mengandalkan rencana utama (master plan) tapi harus ada program percepatan.
Ia menyampaikan, pendekatan yang digunakan jangan menggunakan pendekatan akademis, tapi menggunakan pendekatan industri. Di samping itu, target menjadi pusat industri halal jangan terganggu oleh tahun politik. Maka yakin target tersebut tercapai di 2024, tapi dengan catatan perencanaannya harus menyeluruh dan detail tahapannya.
"Misalnya target wisatawan dari Malaysia kembali ke dulu (sebelum pandemi) atau meningkat jadi tiga juta wisatawan dalam setahun, penerbangannya cukup tidak untuk melayani tiga juta wisatawan, setelah itu ada tidak yang bisa melayani tiga juta wisatawan, apakah hotelnya tersedia yang ramah Muslim, apakah pemandu wisatanya tersedia yang ramah Muslim dan mengerti cara melayani wisatawan Muslim, rincian seperti itu perlu," ujarnya.
Riyanto juga menyoroti peran media massa dalam mensukseskan target menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal di 2024. "Kalau Republika sudah komitmen mendukung target tersebut, diharapkan media massa lain juga turut mendukung target tersebut,"kata dia.