Sabtu 12 Nov 2022 21:25 WIB

Presiden Korsel Berharap Peningkatan Kerja Sama dengan China dan Jepang

Presiden Yoon berharap KTT Korsel China dan Jepang diaktifkan kembali

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, kanan, bersulang dengan Presiden Indonesia Joko Widodo. Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeon pada Sabtu (12/11/2022) mengusulkan mekanisme dialog tiga arah dengan Cina dan Jepang untuk lebih mempererat hubungan. Ini termasuk pertemuan puncak kepemimpinan dalam mengatasi isu seperti keamanan dan perubahan iklim.
Foto: AP/Jeon Shin/Newsis
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, kanan, bersulang dengan Presiden Indonesia Joko Widodo. Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeon pada Sabtu (12/11/2022) mengusulkan mekanisme dialog tiga arah dengan Cina dan Jepang untuk lebih mempererat hubungan. Ini termasuk pertemuan puncak kepemimpinan dalam mengatasi isu seperti keamanan dan perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeon pada Sabtu (12/11/2022) mengusulkan mekanisme dialog tiga arah dengan Cina dan Jepang untuk lebih mempererat hubungan. Ini termasuk pertemuan puncak kepemimpinan dalam mengatasi isu seperti keamanan dan perubahan iklim.

Yoon membuat pernyataan tersebut selama pertemuan puncak yang melibatkan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) plus Three (Korsel, Cina dan Jepang) yang mempertemukan para pemimpin sembilan negara Asia Tenggara, Perdana Menteri Cina Li Keqiang dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

"Korsel akan berperan aktif sebagai ketua KTT Korsel-Cina-Jepang tahun ini dan koordinator yang mewakili Korsel, Cina dan Jepang untuk ASEAN Plus Three," kata Yoon seperti dikutip laman Yonhap, Sabtu (12/11/2022).

"Saya berharap mekanisme kerja sama trilateral, termasuk KTT Korea Selatan-China-Jepang, akan segera diaktifkan kembali," ujarnya menambahkan.

Ketiga negara belum mengadakan pertemuan puncak trilateral dalam hampir tiga tahun. Pertemuan terakhir diadakan di Tiongkok pada Desember 2019. Yoon juga mencatat tahun ini menandai 25 tahun sejak peluncuran ASEAN Plus Three dan bahwa pengelompokan tersebut telah memainkan peran besar dalam memperkuat kerja sama praktis antara ASEAN dan Asia Timur selama waktu itu.

Yoon mendesak upaya bersama yang lebih kuat untuk mengatasi krisis masa depan yang kompleks. Krisis menurutnya berasal dari perang dan pelanggaran hak serta risiko terhadap pangan dan energi yang dibawa oleh perubahan iklim.

"Saya berharap kita akan semakin memperkuat kerja sama ke depan untuk mengatasi berbagai krisis yang kita hadapi," katanya.

"Saya percaya kita harus mengatasi krisis yang kompleks ini melalui solidaritas dan kerja sama kita," imbuhnya.

Yoon juga mengatakan serangkaian provokasi dan upaya Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan nuklir dan misilnya merupakan ancaman serius bagi komunitas internasional. Ia menekankan bahwa jika Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) lain dan melakukan uji coba nuklir ketujuh, masyarakat internasional harus menanggapi dengan satu suara.

Pada saat yang sama, Korsel akan mencari dukungan ekonomi untuk Korea Utara jika memutuskan untuk melakukan denuklirisasi. Para pemimpin ASEAN menyatakan keprihatinan atas program nuklir Korea Utara, yang bertentangan dengan norma-norma internasional dan PBB.

"Menyerukan agar Pyongyang untuk berhenti mengancam perdamaian regional dan menanggapi pembicaraan denuklirisasi," kata kantor kepresidenan Korsel.

Yoon diperkirakan akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Ahad (12/11/2022) di Phnom Penh di sela-sela KTT ASEAN. Dia juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden serta pertemuan puncak trilateral dengan Biden dan Kishida pada Ahad (13/11/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement