Sabtu 12 Nov 2022 22:31 WIB

Erdogan Tuding Barat Terus Memprovokasi Rusia

Erdogan menyebut AS dan Eropa memprovokasi dan Rusia melawan dengan keras

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Stasiun televisi berita internasional TRT World dan media Turki lainnya pada Sabtu (12/11) mengutip pernyataan Presiden Tayyip Erdogan yang menuduh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya memprovokasi Moskow.
Foto: AP Photo/Burhan Ozbilici
Stasiun televisi berita internasional TRT World dan media Turki lainnya pada Sabtu (12/11) mengutip pernyataan Presiden Tayyip Erdogan yang menuduh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya memprovokasi Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki berkomitmen untuk menjadi penengah perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Stasiun televisi berita internasional TRT World dan media Turki lainnya pada Sabtu (12/11) mengutip pernyataan Presiden Tayyip Erdogan yang menuduh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya memprovokasi Moskow.

"Barat, dan terutama AS, tampaknya menyerang Rusia tanpa henti. Tentu saja, Rusia menunjukkan perlawanan besar dalam menghadapi semua ini," kata Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan dari Uzbekistan.

Negara-negara Barat telah memasok bantuan senjata kepada Ukraina dan bantuan lainnya. Barat juga memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow sejak invasi ke Ukraina pada Februari.

 “Kami sedang mengerjakan bagaimana menciptakan koridor perdamaian di sini, seperti kami memiliki koridor biji-bijian. Kami pikir cara terbaik untuk ini adalah jalan dari dialog menuju perdamaian,” kata Erdogan.

Turki menjadi tuan rumah pembicaraan antara delegasi Ukraina dan Rusia awal tahun ini. Turki juga telah berusaha menyeimbangkan kritiknya terhadap invasi dan penentangan terhadap sanksi.

Turki dan PBB menengahi kesepakatan untuk memulai kembali ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam selama empat bulan terakhir.  Erdogan mengatakan, kesepakatan ekspor biji-bijian harus berlangsung dalam jangka panjang. 

Sebelumnya Ukraina membantah bahwa, mereka berada di bawah tekanan Barat untuk bernegosiasi dengan Rusia. Ukraina menegaskan, dialog dapat dilakukan jika Rusia melepaskan semua wilayah yang telah didudukinya sejak invasi.

Pada Jumat (11/11), Rusia mengatakan, mereka berkomitmen untuk mencapai tujuan dari "operasi militer khusus" di Ukraina. Rusia menambahkan, tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembicaraan damai.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement