Ahad 13 Nov 2022 16:22 WIB

Oligarki Rusia Manfaatkan COP27 untuk Melobi Negara Barat Agar Mencabut Sanksi?

Rusia adalah pemasok minyak terbesar ketiga dunia setelah AS dan Arab Saudi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
 Para pemimpin berkumpul untuk berfoto di KTT Iklim PBB COP27, di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin, 7 November 2022.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Para pemimpin berkumpul untuk berfoto di KTT Iklim PBB COP27, di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin, 7 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Oligarki Rusia dan eksekutif dari beberapa perusahaan di bawah sanksi internasional termasuk di antara pelobi yang saat ini menghadiri COP27. Dikutip dari The Guardian, Sabtu (12/11/2022), salah satu di antara mereka yang hadir dalam pembicaraan iklim penting adalah miliarder dan mantan raja aluminium Oleg Deripaska yang berada di bawah sanksi Inggris dan miliarder Andrey Melnichenko, mantan kepala perusahaan pupuk Rusia grup EuroChem. 

Raksasa Gas Gazprom telah mengirim enam delegasi ke pembicaraan tersebut, bersama dengan direktur pelaksana Sberbank. Keduanya berada di bawah sanksi AS dan Uni Eropa. Perwakilan dari perusahaan minyak Lukoil, perusahaan pertambangan Severstal, dan Magnitogorsk Iron and Steel Works juga hadir yang semuanya berada di bawah sanksi AS.

Baca Juga

Perusahaan minyak dan gas Tatneft yang saat ini disetujui oleh UE juga mengirim tiga pelobi ke pembicaraan iklim. Delegasi Rusia termasuk perusahaan metalurgi Severstal dan NLMK Group merupakan bagian dari industri yang telah menghadapi sanksi oleh UE.

Pembicaraan iklim COP27 sebagian besar diwarnai oleh perdebatan tentang bagaimana dunia harus beradaptasi dengan kekurangan pasokan gas Rusia. Hal tersebut menyusul kekhawatiran berbulan-bulan di Eropa seputar kekurangan energi yang berasal dari keputusan Moskow untuk secara tiba-tiba menghentikan pasokan gas ke Eropa. Hal tersebut sebagai tanggapan terhadap sanksi internasional karena invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada Februari 2022.

Saat para delegasi berkumpul di kota resor Mesir Sharm el-Sheikh, kelompok lingkungan, ilmuwan, dan perwakilan dari selatan global menyuarakan kekhawatiran bahwa krisis energi Eropa dapat digunakan sebagai dalih untuk eksplorasi gas lebih lanjut di Afrika daripada mendorong untuk meningkatkan energi terbarukan. Kehadiran pelobi industri dan eksekutif industri minyak dan gas, termasuk enam perwakilan dari Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia menunjukkan Rusia menggunakan pembicaraan iklim yang penting untuk menghidupkan bisnis.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa delegasi Rusia mungkin ingin mempromosikan industri yang tidak disetujui seperti logam dan pupuk yang terkait dengan dampak Rusia pada pasokan makanan global. Selain itu juga meningkatnya biaya produk makanan, terutama di selatan global.

Rusia adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia dan pemasok minyak terbesar ketiga di belakang AS dan Arab Saudi. Peringjat tersebut dengan catatan lingkungan bermasalah yang mencakup satu dekade pengeboran di Kutub Utara untuk pasokan bahan bakar fosil lebih lanjut saat lapisan es mencair di bawah kenaikan suhu global.

Kritikus berpendapat bahwa Rusia telah mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari krisis iklim, terutama dalam hal pengeboran Arktik. “Jika tidak ada sanksi atau pembatasan atau pendekatan diskriminatif, Federasi Rusia dapat mencapai netralitas karbon lebih awal,” kata Utusan iklim Putin, Ruslan Edelgeriev. 

Sementara itu, anggota delegasi Ukraina di COP27, Oleksiy Ryabchyn merasa konyol mengetahui oligarki Rusia hadir dalam pembahasan iklim tersebut. “Sungguh konyol bahwa mereka bisa bepergian dengan bebas. Bagi saya, jika oligarki ini tidak mampu menghentikan perang berdarah ini maka mereka tidak boleh (di COP27,” ujar Ryabchyn. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement