Ahad 13 Nov 2022 16:30 WIB

Di Forum Keamanan Pangan Dunia, Prabowo Soroti Persoalan Ledakan Penduduk 

Prabowo mengatakan, keamanan pangan merupakan ancaman nyata bagi umat manusia.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyoroti soal keamanan pangan dan ledakan jumlah penduduk dunia. Ia mengatakan, keamanan pangan merupakan ancaman nyata bagi umat manusia.

"Menurut opini saya pribadi, topik utama G20 secara umum seharusnya tentang keamanan pangan. Menurut saya, isu keamanan pangan merupakan ancaman nyata bagi umat manusia karena tanpa  makanan, tidak ada peradaban, tidak ada umat manusia," kata Prabowo dalam dalam pidatonya pada Global Food Security Forum, secara daring, Ahad (13/11/2022).

Baca Juga

Prabowo mengatakan, isu mengenai ledakan penduduk merupakan hal yang sensitif. Bahkan, menurut Prabowo, elite global di Indonesia ada yang tidak menyukai pembicaraan mengenai isu ledakan penduduk.

"Ada bagian dari global elit masih sangat berpengaruh, masih sangat kuat, bahkan di negara saya yang tidak suka untuk kita membicarakan ledakan penduduk," ujarnya. 

Namun, menurutnya, sebagai pemimpin yang juga politisi, menyampaikan sesuatu hal yang tidak menyenangkan menjadi sebuah dilema. Sebab, politikus tersebut dianggap sedang menyampaikan rasa pesimistis kepada rakyat, apalagi jelang Pemilu 2024. 

Karena itu, elite-elite tersebut enggan membicarakan hal yang sensitif. "Presiden saya, Pak Jokowi sendiri tahun ini telah menyampaikan 25 kali lebih di publik, memperingati rakyat Indonesia bahwa kita menghadapi masa sulit tahun depan, dan orang menuduhnya tengah menyampaikan rasa pesimistis ke rakyat," kata dia.

Prabowo juga mengatakan, makanan, energi dan air merupakan lingkaran yang saling berkaitan. Keamanan pangan membutuhkan energi. "Keamanan pangan membutuhkan air, air adalah esensi kehidupan," ucapnya.

Prabowo mengungkapkan pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,9 persen. Artinya, itu sama dengan 5 juta bayi setiap tahun.

"Setiap tahun di Indonesia, ada Singapura baru, ketika orang Indonesia menghadapi kesulitan mereka tertawa, orang Indonesia adalah orang yang bahagia," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement