Ahad 13 Nov 2022 21:36 WIB

Dokter: Masih Banyak Masalah Kesuburan dan Kehamilan di Indonesia

Jumlah pasangan dengan kasus infertilitas atau kemandulan mencapai 10 persen.

Ibu Hamil (Ilustrasi). Jumlah pasangan dengan kasus infertilitas atau kemandulan mencapai 10 persen dari jumlah total pasangan subur.
Foto: Pixabay
Ibu Hamil (Ilustrasi). Jumlah pasangan dengan kasus infertilitas atau kemandulan mencapai 10 persen dari jumlah total pasangan subur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita Dr. dr. Agus Supriyadi, Sp.O.G, Subsp.F.E.R, Mkes, MPH mengatakan, masih terdapat banyak masalah terkait kesuburan dan kehamilan di Indonesia. Jumlah pasangan dengan kasus infertilitas atau kemandulan mencapai 10 persen dari jumlah total pasangan subur. 

Jumlah pasangan subur di Indonesia saat ini sekitar 42 juta pasangan. Namun, jumlah pasangan dengan kasus infertilitas atau kemandulan mencapai 4,2 juta pasangan, atau angka kejadian 10 persen dari jumlah total pasangan subur.

Baca Juga

Pada saat bersamaan, ada peningkatan kasus-kasus kelainan kromosom janin, gangguan pada kehamilan kembar, dan komplikasi pada ibu yang hamil. Terutama, preeklamsia yang menjadi salah satu penyebab kematian dan sakit ibu dan janin yang tinggi.

“Ini jadi tantangan bagi ilmu obstetri ginekologi untuk menghasilkan generasi bangsa yang terbaik seiring dengan kondisi Indonesia yang segera memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030,” kata Agus dikutip melalui siaran pers yang diterima pada Ahad (13/11/2022).

Ketua Panitia Simposium The 3rd Indonesian Fetal and Reproductive Medicine 2022 tersebut menambahkan, edukasi terkait masalah ini pun dirasa penting, baik bagi pasangan maupun tenaga kesehatan. Untuk itu, Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita mengadakan simposium yang berlangsung pada 13-15 November 2022 di Pullman Hotel Central Park, Jakarta.

RSAB Harapan Kita yang telah ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Ibu dan Anak Nasional, telah tiga kali menyelenggarakan Indonesian Fetal and Reproductive Medicine (Ina Farm). Pada acara kali ini dilakukan mini simposium, lokakarya, dan pelatihan.

Dokter Agus menjelaskan RSAB Harapan Kita membuka peluang kerja sama dengan para sejawat dan berbagai rumah sakit di Jakarta dan berbagai daerah untuk menjadi tempat rujukan dan magang dalam memperdalam diagnosis dan tatalaksana kasus-kasus tersebut. “Simposium yang diadakan RSAB Harapan Kita ini juga selaras dengan program Biomedical dan Genome Science Initiative (BGSI) Kementerian Kesehatan,” kata dia.

Menurut dia, program BGSI sejalan dengan teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy) atau masa pembentukan prakonsepsi. Melalui teknologi PGT-A ada seleksi embrio yang unggul dan tidak ada kelainan genetika dari pasien yang mengikuti program bayi tabung.

“Kami sedang kembangkan teknologi ini di RSAB Harapan Kita,” ujar dokter yang juga merupakan kepala Klinik Melati RSAB Harapan Kita itu.

Ina Farm 2022 yang diikuti 150 peserta dari berbagai wilayah Indonesia itu membawa tema “Facts and Beyond: Fertility and Fetal Programing”. Topik-topik simposium yang dibawakan para ahli obstetri ginekologi antara lain deteksi dini great obstetrics syndrome, simulasi fetoscopy, kehamilan kembar, trimester pertama fetal echocardiography, scan anomaly terinci, intervensi fetal, pengelolaan dan strategi baru di dalam endometriosis dan PCOS, dan sperm preparation, step by step transvaginal ultrasound, IUI procedure.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement