REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Qatar pada Kamis (10/11/2022) membantah tuduhan yang dibuat kelompok hak asasi manusia Equidem mengenai pelecehan dan eksploitasi pekerja saat membangun dan menyiapkan stadion yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Penyelidik dari Equidem, sebuah kelompok yang berbasis di Inggris, mengatakan mereka berbicara dengan pekerja yang mengaku belum dibayarkan upahnya. Tetapi mereka telah dipaksa bekerja di suhu panas dan tidak diberi makan.
Kelompok hak asasi, yang mewawancarai 60 pekerja dan mengeluarkan laporan setebal 95 halaman, juga mengatakan bahwa para pekerja dipaksa membayar biaya perekrutan ilegal dan terlalu tinggi untuk mendapatkan pekerjaan mereka dan dicegah berganti pekerjaan
Dia menambahkan bahwa mereka telah menjadi sasaran kekerasan fisik, dan dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang tidak higienis.
Dilansir dari Alaraby pada Ahad (13/11/2022), Komite Tertinggi Pengiriman dan Warisan Qatar, yang mengorganisasi persiapan Piala Dunia Negara Teluk itu, membantah laporan itu. Menurutnya laporan berjudul "Jika kami mengeluh, kami dipecat" adalah fitnah, ketidakakuratan, dan kekeliruan.
Komiter Tertinggi mengatakan pihaknya transparan tentang tantangan dan kemajuan, menerima kritik yang membangun, dan menjaga dialog dengan pemangku kepentingan utama. Namun laporan tersebut menurutnya sangat mengerikan dan merusak reputasi.
“Perilisan laporan sesaat sebelum Piala Dunia adalah upaya mengerikan untuk melemahkan dan merusak reputasi Komite Tertinggi,” kata Komite.
Equidem mengakui dalam laporannya bahwa Qatar telah melakukan reformasi tenaga kerja baru-baru ini, membatasi sistem kafala (sponsor) yang banyak dikritik dan menetapkan upah minimum setara dengan 275 dolar per bulan.
Namun, Ketua Equidem, Mustafa Qadri, mengatakan ribuan pekerja berhak atas kompensasi atas upah yang belum dibayar dan kekhawatiran perekrutan ilegal.
Qatar telah menjadi sasaran banyak kritik menjelang Piala Dunia 2022. Ini adalah negara Arab atau Muslim pertama yang menjadi tuan rumah turnamen tersebut.
Otoritas Qatar mengatakan bahwa sebagian besar liputan negatif dimotivasi oleh rasisme dengan banyak klaim yang dibuat terhadap negara Teluk itu dibuat sensasional atau tidak benar.
Sumber: alaraby