REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) sepakat akan memberikan respons kuat dan tegas jika Korea Utara (Korut) melakukan uji coba nuklir ketujuh. Dalam dua bulan terakhir, Korut telah intens menguji rudal balistiknya yang mengundang keprihatinan dan kekhawatiran dari ketiga negara tersebut.
"Mereka menegaskan kembali bahwa uji coba nuklir Korut akan ditanggapi dengan tanggapan yang kuat dan tegas dari masyarakat internasional," kata Presiden AS Joe Biden, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam sebuah pernyataan bersama setelah mereka bertemu di sela-sela East Asia Summit yang digelar di Phnom Penh, Kamboja, Ahad (13/11/2022), dikutip laman TRT World.
Pekan lalu, Korut mengecam latihan militer gabungan antara AS dan Korsel yang bertajuk “Vigilant Storm”. Menurut Pyongyang, kegiatan itu merupakan provokasi terbuka dan latihan perang berbahaya. Latihan gabungan tersebut dilakukan Washington dan Seoul saat Korut menunjukkan keaktifan dalam aksi uji coba rudal balistiknya.
Pada 27 Oktober lalu, Departemen Pertahanan AS telah merilis Nuclear Posture Review. Dalam laporan itu, Washington secara tegas memperingatkan pemimpin Korut Kim Jong-un agar tidak menggunakan senjata nuklirnya. “Setiap serangan nuklir oleh Korut terhadap AS atau sekutu serta mitranya tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim itu. Tidak ada skenario di mana rezim Kim dapat menggunakan senjata nuklir dan bertahan hidup,” kata AS dalam Nuclear Posture Review-nya.
Sementara itu, 9 Oktober lalu AS menyatakan tetap siap melakukan pembicaraan tentang denuklirisasi dengan Korut. Hal itu disampaikan setelah Korut melakukan peluncuran rudal balistik ketujuh dalam kurun waktu dua pekan. "Kami ingin melihat denuklirisasi semenanjung Korea, dapat diverifikasi, lengkap, dan kami telah berkomunikasi dengan Korut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby dalam program ABC "This Week".
Menurut dia, tawaran untuk melakukan pembicaraan tetap berada di atas meja. Namun Kirby menyebut, Kim Jong-un memutuskan untuk tak menerima penawaran tersebut. “Justru sebaliknya: Sekarang dia (Kim Jong-un) telah meningkatkan program rudal balistiknya. Dia jelas tidak meninggalkan ambisi senjata nuklirnya,” ucap Kirby.