Senin 14 Nov 2022 13:31 WIB

Pembangunan Bandara di Kaltara Siap Dongkrak Nilai Ekspor Produk Kelautan

Saat ini, hasil kelautan Kaltara belum dioptimalkan dalam pemasaran dan pengemasan.

Penandatangan Nota Kesepahaman bersama antara PT Whitesky Facility, Canadian Commercial Corporation, dan Pemerintah Provinsi Kaltara untuk melakukan studi dalam rangka pembangunan green airport, di Nusa Dua Bali, Ahad (13/11) malam.
Foto: Istimewa
Penandatangan Nota Kesepahaman bersama antara PT Whitesky Facility, Canadian Commercial Corporation, dan Pemerintah Provinsi Kaltara untuk melakukan studi dalam rangka pembangunan green airport, di Nusa Dua Bali, Ahad (13/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Rencana studi dalam pembangunan bandara di Kalimantan Utara (Kaltara) dinilai sangat tepat dan diperlukan, terlebih provinsi ini memiliki sumber daya alam dibidang perikanan yang sangat luar biasa. Dengan adanya bandara ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor produk kelautan, dimana para akhirnya dapat meningkatkan perekonomian di Kaltara. 

Hal ini diungkapkan oleh President and CEO Canadian Commercial Corporation, Robert Kwon pada acara Penandatangan Nota Kesepahaman bersama antara PT Whitesky Facility, Canadian Commercial Corporation, dan Pemerintah Provinsi Kaltara untuk melakukan studi dalam rangka pembangunan green airport, di Nusa Dua Bali, Ahad (13/11) malam. Dimana kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari pertemuan lanjutan B20.

 

photo
Nota Kesepahaman bersama antara PT Whitesky Facility, Canadian Commercial Corporation, dan Pemerintah Provinsi Kaltara untuk melakukan studi dalam rangka pembangunan green airport, di Nusa Dua Bali, Ahad (13/11) malam. - (Istimewa)

 

Dijelaskan Robert, bahwa Canadian Commercial Corporation merupakan lembaga pendanaan resmi dari Kanada, dan pihaknya membantu pembangunan yang mempunyai potensi bisnis ke depan. Konsen dari lembaga ini bukan hanya sekedar pembiayaan semata, namun membantu pengguna dan transfer teknologi yang diterapkan, yang dikhususkan pada teknologi yang ramah lingkungan. Seperti solar panel, hydro energi, dan lainnya. Dimana hal ini juga pernah dilakukan di beberapa negara seperti Kolombia.

“Saat melakukan studi dalam waktu dekat ini, nanti kami akan melihat secara langsung potensi apa saja yang bisa kami lakukan di Kaltara. Terutama dalam membangun green airport yang nanti untuk mendukung ekspor dan impor hasil dari sumber daya alamnya, yaitu produk kelautan,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Senin (14/11).

Robert juga mengatakan, dari informasi awal yang didapatnya bahwa hasil kelautan dari Kaltara belum dioptimalkan dalam pemasaran dan pengemasan, sehingga banyak yang dijual secara metah ke negara lain. Dan untuk ini, Canadian Commercial Corporation dapat membantu mulai dari penangkapan ikan, pembudidayanya, pengemasan hingga pengiriman hasil kelautan ini ke negara lain. 

Dia menambahkan, pada kerja sama yang telah dilakukan Canadian Commercial Corporation tidak hanya membangun bandara semata namun juga membantu memberikan teknologi kebandarudaraan yang ramah lingkungan dan efisien. Bukan hanya sekedar membangun bandara yang besar namun memiliki pembiayaan yang mahal. 

 “Dalam studi yang akan kami dilakukan benar-benar sesuai dengan model bisnis yang mendukung kegiatan ekspor dan impor produk kelautan,” katanya.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan, Denon Prawiraatmadja mengatakan bahwa pihaknya merespons dengan cepat rencana pembangunan bandara khusus kargo ini dengan mendatangkan investor dari Kanada dengan pola kerja sama Closed Loop. Kerja sama yang dimaksud ini adalah melibatkan nelayan untuk bisa bekerja sama dalam membudidayakan produk kelautan. 

Selain itu, Closed Loop program initiative merupakan salah satu visi Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid dalam mendorong UMKM di Indonesia. 

“Dengan model ini kita juga ingin membangun kemampuan dari para nelayan, mulai dari penangkapan ikan yang modern dan ramah lingkungan, pengemasan hingga pemasaran yang lebih baik dengan mengoptimalkan fungsi bandara untuk pengiriman. Diharapkan dengan ini semua dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan di Kaltara,” katanya.

Denon juga berharap, pada tahun 2024, studi dan profile investasi sudah dapat diimplementasikan di Kaltara, sehingga hal ini dapat mendukung pembangunan ekonomi daerah tersebut. Dan pihaknya juga berharap, pada tahun 2024 di Kaltara sudah berdiri dan beroperasi green airport dengan pembiayaan dari investor Kanada. 

“Dalam Nota Kesepahaman disepakati bahwa Canadian Commercial Corporation akan mendukung studi dan pengembangan green airport di Kaltara dengan total estimasi rencana investasi sebesar USD 200 Juta atau setara dengan Rp 3 triliun,” katanya.

 

Gencar melakukan pembangunan

 

Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang, menjelaskan, sebagai provinsi termuda di Kalimantan yang memiliki luas hampir setengah pulau Jawa saat ini pihaknya sedang gencar melakukan pembangunan.

 “Karenanya, kami sangat besyukur dengan rencana pembangunan bandara kargo ini oleh Canadian Commercial Corporation dengan bantuan dari Kadin Indonesia bidang Perhubungan. Atas nama pribadi dan masyarakat Kaltara kami mengucapkan terimakasih dan bersyukur atas rencana studi dan pembangunan bandara yang ramah lingkungan ini,” katanya.

Zainal juga menjelaskan, bahwa saat ini daerahnya memiliki keunggulan dalam hasil budidaya perikanan seperti kepiting, ikan dan udang. Namun selama ini penjualan hanya secara tradisional. Diharapkan dengan adanya bandara khusus kargo ini dapat meningkatkan perekonomian di daerahnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement