Dibangun Sejak 2018, Museum Muhammadiyah Akhirnya Diresmikan
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Menko PMK Muhadjir Effendy (tengah) bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) menandatangani prasasti peresmian Museum Muhammadiyah, Bantul, Yogyakarta, Senin (14/11/2022). Museum Muhammadiyah yang terletak di kampus Universitas Ahmad Dahlan akhirnya diresmikan jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah. Di dalam museum ini, pengunjung bisa melihat sejarah perjalanan Muhammadiyah yang penyajiannya dipadukan dengan teknologi canggih. Sehingga selain untuk rekreasi, juga bisa untuk sarana edukasi pengunjung. | Foto: Republika/Wihdan Hidayat
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Museum Muhammadiyah yang terletak di Kompleks Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) akhirnya diresmikan Senin (14/11/2022). Peresmian dilakukan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Pembangunan museum tersebut sudah berjalan sejak 2018 lalu, dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Museum dibangun sebanyak empat lantai dengan luas bangunan mencapai 1.200 meter persegi, dengan total lahan seluas 2.800 meter persegi.
Dikatakan, pencetus pembangunan museum merupakan ide dari Presiden Jokowi. Menurut dia, museum itu didirikan sebagai hadiah dari Presiden untuk persyarikatan Muhammadiyah.
"Museum ini asal muasalnya dari Pak Presiden, Jokowi. Ini hadiah beliau untuk persyarikatan Muhammadiyah dan waktunya (pembangunan) cukup lama, karena Covid-19 perlu lima tahun dan beliau (Presiden) meletakkan batu pertama," kata Muhadjir dalam peresmian Museum Muhammadiyah di kompleks Kampus 4 UAD, Bantul, DIY.
Muhadjir menyebut, ada beberapa pertimbangan dipilihnya kompleks Kampus 4 UAD untuk membangun museum ini. Salah satunya dikarenakan UAD merupakan kampus tertua di DIY.
"Di UAD karena museum itu high cost dan perlu perawatan, perlu biaya operasional dan nanti kalau (untuk kelanjutan pembangunan) ini dari bantuan pemerintah belum selesai, ini (UAD) nombok dulu," ujar Muhadjir.
Sementara itu, Haedar juga menyebut bahwa ke depannya museum ini akan terus dikembangkan dan disempurnakan. Ia mengajak seluruh pimpinan Muhammadiyah baik yang ada di pusat, daerah hingga tingkat ranting untuk dapat melengkapi konten museum.
Pasalnya, kata Haedar, banyak Muhammadiyah di daerah-daerah yang memiliki situs-situs penting yang berkaitan dengan sejarah kemuhammadiyahan. Bahkan, Haedar juga meminta agar jejak dakwah KH Ahmad Dahlan turut ditampilkan di museum tersebut.
"Ajakan saya kepada seluruh pimpinan daerah sampai cabang ranting yang punya situs penting, terutama (sejarah) di generasi Muhammadiyah awal, terus berkomunikasi dengan UAD dan MPI (Majelis Pustaka dan Informasi) untuk melengkapi museum ini. Karena banyak hal-hal yang secara fisik pun, di samping sejarah dalam bentuk buku yang perlu kita tampilkan," kata Haedar.
Ketua MPI PP PP Muhammadiyah, Muchlas menambahkan, museum ini dibangun atas keinginan untuk merekam jejak sejarah Muhammadiyah. Selain itu, juga penyebarluasan dan pewarisan nilai-nilai yang dikembangkan Muhammadiyah kepada masyarakat dan generasi mendatang.
"Museum dibangun atas bantuan Kemendikbudristek, pembangunan fisik ada tiga tahap oleh tim kerja dari kementrian, Muhammadiyah dan UAD yang dimulai di 2018. Artefak, dokumen dan konten di dalamnya berasal dari kontributor internal lingkungan persyarikatan Muhammadiyah maupun eksternal," kata Muchlas yang juga Rektor UAD tersebut.
Ia menjelaskan, tahap pertama pembangunan museum yakni membangun struktur museum yang sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk tahap kedua, yakni pembangunan arsitektur yang dilakukan secara swakelola. "Tahap kedua dilaksanakan 19 Maret sampai 31 Desember 2019," ujarnya.
Sedangkan, untuk tahap ketiga mengalami kendala mengingat terimbas pandemi Covid-19. Saat akan memasuki tahap ketiga pembangunan museum, bantuan dari pemerintah ditunda akibat Covid-19.
Hal ini membuat tim dari UAD berkoordinasi dengan MPI PP Muhammadiyah, yang berinisiatif menyelesaikan beberapa bagian infrastruktur museum. Termasuk menyelesaikan beberapa interior tata pamer dengan pendanaan yang berasal dari dana internal.
Sambil menunggu bantuan tahap ketiga dari pemerintah, pihaknya kembali mengajukan dana pada kuartal 2022. Bantuan itu diajukan untuk pembangunan mekanikal, elektrikal, dan konten museum ke Kemendikbudristek.
"Pengajuan bantuan tahap ketiga telah melalui proses visitasi dan verifikasi, secara informal sudah beredar berita direncanakan bantuan akan turun Februari 2023," jelasnya.
Pembangunan museum ini belum selesai 100 persen. Namun, Museum Muhammadiyah sudah dapat dikunjungi oleh masyarakat.
"Belum 100 persen selesai dalam penyusunan konten ruang pamer, tapi museum ini dapat menerima kunjungan masyarakat sebagai wahana edukasi, rekreasi, dan transformasi nilai sejarah," lanjutnya.
Museum Muhammadiyah sendiri memiliki ruang pamer seluas 3.000 meter persegi dan ruang non pamer yang juga seluas 3.000 meter persegi. Selain itu, juga ada ruang landscape seluas 1.400 meter persegi.
"Ruang pamer tematik Muhammadiyah untuk bangsa, pengunjung akan disajikan masa lalu, masa kini, dan masa depan," kata Muchlas.
Tidak hanya itu, museum juga memiliki desain yang ramah anak, perempuan, dan lansia. Bahkan, Museum Muhammadiyah juga melibatkan penggunaan teknologi informasi pada benda-benda historisnya.
Dengan begitu, pengunjung akan disajikan dengan storyline yang jelas terkait perjalanan Muhammadiyah. Penggunaan teknologi informasi ini juga diterapkan pada kunjungan yang berbasis online, sehingga pengunjung dapat melakukan registrasi secara online.
"Disajikan dengan peragaan komunikatif dan edukatif, pengunjung dapat membentangkan cakrawala wawasan ke depan dengan lebih bijaksana, dan berpartisipasi dalam gerak sejarah Muhammadiyah berikutnya," kata dia.