Senin 14 Nov 2022 23:50 WIB

Bertemu Presiden Komisi Eropa, Jokowi Dorong Percepatan Penyelesaian IEU-CEPA

Jokowi harap perundingan dengan CEPA mengalami kemajuan signifikan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
 Presiden  Joko Widodo (kanan) dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kiri) berbicara dalam pertemuan bilateral mereka menjelang KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 November 2022. Kelompok ke-17 (G20) Kepala State and Government Summit akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 15 hingga 16 November 2022.
Foto: EPA-EFE/ACHMAD IBRAHIM
Presiden Joko Widodo (kanan) dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kiri) berbicara dalam pertemuan bilateral mereka menjelang KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 November 2022. Kelompok ke-17 (G20) Kepala State and Government Summit akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 15 hingga 16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar perundingan kerja sama Indonesia–Uni Eropa melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dapat mengalami kemajuan signifikan. Hal itu disampaikannya saat bertemu Presiden Komisi Eropa, Ursula Von Der Leyen di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022).

“Perundingan ke-12 sudah dijadwalkan di akhir 2022. Saya berharap perundingan akan mengalami kemajuan termasuk untuk isu pengadaan barang pemerintah, UKM, dan pajak ekspor,” kata Jokowi dalam pengantarnya, dikutip dari siaran pers Istana.

Sebagai Ketua ASEAN 2023, Jokowi juga menginginkan agar kerja sama ASEAN dan Uni Eropa semakin meningkat. Salah satu fokus keketuaan Indonesia tersebut yakni mengisi kerja sama konkret di kawasan Indo-Pasifik.

Sementara itu, terkait G20, Jokowi juga meminta Komisi Eropa dan G7 dapat memberikan dukungan dan fleksibilitas agar KTT G20 bisa menghasilkan deklarasi.

“Saya ingin hasil kerja konkret G20 yang ditunggu dunia tetap dapat dihasilkan. Sekali lagi dukungan Yang Mulia akan sangat dihargai,” ucap Jokowi.

Presiden Komisi Eropa mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam G20 yang terus berupaya merumuskan solusi bersama terhadap krisis global. Indonesia dipandang sebagai mitra terpercaya dalam berbagai isu strategis termasuk energi terbarukan dan keamanan pangan.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement