Selasa 15 Nov 2022 05:35 WIB

Kasus Tuberkulosis Capai 1.601 Kasus, Sukabumi Masifkan Pencegahan

Indonesia menjadi negara penyumbang kasus TB kedua di dunia yang awalnya ketiga.

Rep: Riga Nurul Iman / Red: Agus Yulianto
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi
Foto: istimewa
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Upaya penanganan dan pencegahan kasus Tuberkulosis di Kota Sukabumi terus digencarkan. Data terbaru hingga 12 November 2022 tercatat sebanyak 1.601 kasus Tuberkulosis.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pun menggelar audiensi dan advokasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Tuberkulosis di Ruang Oproom Setda Kota Sukabumi, Senin (14/11/2022). Kegiatan ini sebagai upaya mencegah kasus Tuberkulosis dengan melibatkan unsur Pentahelix.

"Momen ini untuk memperkuat kebersamaan dalam penanganan dan pencegahan tuberkulosis," ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Sukabumi Lulis Delawati. 

Harapanya kasus TB di Kota Sukabumi bisa ditekan semaksimal mungkin. Hal ini bisa diwujudkan dengan Rencana Aksi Daerah (RAD) Tuberkulosis. Sehingga, penanganan menjadi komprehensif dan terpadu.

"Pascapandemi, tuberkulosis jadi salah satu yang diprioritaskan, karena sekarang mencoba membagi fokus pada penanggulangan Tuberkulosis dan Stunting," ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi. 

Intinya, berupaya menguatkan kebersamaan untuk antisipasi TBC. Sebab, kata Fahmi, Indonesia menjadi negara penyumbang kasus TB kedua di dunia yang awalnya ketiga. Di mana data dinkes menyebutkan, kasus Tuberkulosis hingga 12 Nopember 2022 sebanyak 1.601 kasus.

Dari jumlah itu kasus Tuberkulosis pada anak sebanyak 246 anak. Di mana Kota Sukabumi merupakan daerah dengan temuan kasus melebihi target 130 persen.

"Sejatinya menemukan kasus yang terpapar TB untuk cepat diobati sejalan dengan istilah temukan obati sampai sembuh (TOSS). Sehingga, target pertama TB ditemukan, dan Kota Sukabumi melebihi target," ujarnya.

Sebab, kata Fahmi, semakin banyak penemuan kasus maka pengobatan akan maksimal. "Penanganan dan pengobatab Tuberkulosis melibatkan seluruh pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam bentuk jejaring kolaborasi," imbuh dia.

Upaya komprehensif, terpadu dan berkesinambungan jadi kata kunci menangani kasus TB. Terutama melibatkan unsur pentahelix memiliki kontribusi penanganan TB yakni akademisi, bisnis, government, community, dan media.

"Semua berkolaborasi secara komprehensif akan memberikan hasil terbaik dalam perjalanan mengantisipasi kasus TB," ungkap Fahmi. 

Dia melanjutkan, pada 9 Nopember 2022 Gubernur Jabar memberikan penghargaan kepada Kota Sukabumi yakni sebagai Kota Non Prioritas dengan capaian Indikator PPM terbaik di Provinsi Jabar.

Penghargaan ini karena adanya kolaborasi jejaring menemukan pasien TBC. Selain itu apresiasi kota yang melakukan komunikasi yang baik dalam penanganan TB.

Ke depan kata Fahmi diperlukan percepatan penanganan dalam kasus TB. Momentum saat ini melakukan kaborasi dan berkoordinasi pancegahan dan penanganan TB di Kota Sukabumi.

"Intinya, mempercepat penuntasan di Kota Sukabumi. Intinya bagaiman komitmen dan koordinasi," kata Fahmi. 

Dia mengatakan, TB dan stunting jadi perhatian dalam mewujudkan cita-cita ciri remaja unggul di Jabar khususnya Sukabumi. Ciri remaja unggul yakni IQ otak cerdas, fisiknya sehat, akhlaknya terpuji, dan ibadahnya kuat. Fisik sehat agar bisa bersaing tidak hanya otaknya cerdas dalam rangka mempercrpat tujuan nasional.

"Tidak mungkin mewujudkan remaja berkualitas dan bersaing serta beradaptasi dengan percepatan teknologi, kalau mereka mengidap TB," ungkap Fahmi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement