REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Kasus tuberkulosis di Kota Sukabumi di sepanjang Januari hingga 12 November 2022 mencapai 1.602 orang. Tingginya kasus ini disikapi pemerintah setempat dengan menggencarkan upaya pencegahan dan pengendalian.
Salah satunya Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menggelar audiensi dan advokasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Tuberkulosis di Ruang Oproom Setda Kota Sukabumi, Senin (14/11/2022). Kegiatan ini sebagai upaya mencegah kasus tuberkulosis dengan melibatkan unsur Pentahelix.
'' Kegiatan ini untuk memperkuat kebersamaan dalam penanganan dan pencegahan Tuberkulosis,'' ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Sukabumi Lulis Delawati, Senin. Sebab masalah TBc ini masalah global karena Indonesia kini masuk peringkat dua kasus terbanyak setelah India.
Khusus Kota Sukabumi kata Lulis, pada 2022 ini menemukan kasus tinggi. Di mana ada 1.602 orang terdeteksi tuberkulosis. Harapanya dengan RAD TB di Kota Sukabumi ini bisa menekan semaksimal mungkin pertumbuhan kasus. Hal ini bisa diwujudkan dengan Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis. Sehingga penanganan menjadi komprehensif dan terpadu dengan unsur pentahelix.
'' Pasca pandemi, Tuberkulosis jadi salah satu yang diprioritaskan, karena sekarang mencoba membagi fokus pada penanggulangan Tuberkulosis dan Stunting,'' ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi yang hadir dalam acara RAD. Intinya berupaya menguatkan kebersamaan untuk antisipasi TBC.
Sebab kata Fahmi, Indonesia menjadi negara penyumbang kasus TB kedua di dunia yang awalnya ketiga. Di mana data dinkes menyebutkan, kasus Tuberkulosis hingga 12 Nopember 2022 sebanyak 1.602 kasus.
Dari jumlah itu kasus Tuberkulosis Pada anak sebanyak 246 anak. Di mana Kota Sukabumi merupakan daerah dengan temuan kasus melebihi target 130 persen. '' Sejatinya menemukan kasus yang terpapar TB untuk cepat diobati sejalan dengan istilah temukan obati sampai sembuh (TOSS),'' kata Fahmi.
Sehingga target pertama TB ditemukan, dan Kota Sukabumi melebihi target. Sebab kata Fahmi, semakin banyak penemuan kasus maka pengobatan akan maksimal. '' Penanganan dan pengobatab Tuberkulosis melibatkan seluruh pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam bentuk jejaring kolaborasi,'' kata dia.
Upaya komprehensif, terpadu dan berkesinambungan jadi kata kunci menangani kasus TB. Terutama melibatkan unsur pentahelix memiliki kontribusi penanganan TB yakni akademisi, bisnis, government, community, dan media.
'' Semua berkolaborasi secara komprehensif akan memberikan hasil terbaik dalam perjalanan mengantisipasi kasus TB,'' ungkap Fahmi. Ia melanjutkan pada 9 Nopember 2022 Gubernur Jabar memberikan penghargaan kepada Kota Sukabumi yakni sebagai Kota Non Prioritas dengan capaian Indikator PPM Public private mix (PPM) terbaik di Provinsi Jabar.
Penghargaan ini karena adanya kolaborasi jejaring menemukan pasien TBC. Selain itu apresiasi kota yang melakukan komunikasi yang baik dalam penanganan TB.
Ke depan kata Fahmi diperlukan percepatan penanganan dalam kasus TB. Momentum saat ini melakukan kaborasi dan berkoordinasi pancegahan dan penanganan TB di Kota Sukabumi. '' Intinya mempercepat penuntasan di Kota Sukabumi. Intinya bagaiman komitmen dan koordinasi,'' kata Fahmi. Ia mengatakan TB dan stunting jadi perhatian dalam mewujudkan cita-cita ciri remaja unggul di Jabar khususnya Sukabumi .
Ciri remaja unggul yakni IQ otak cerdas, fisiknya sehat, akhlaknya terpuji, dan ibadahnya kuat. Fisik sehat agar bisa bersaing tidak hanya otaknya cerdas dalam rangka mempercrpat tujuan nasional. '' Tidak mungkin mewujudkan remaja berkualitas dan bersaing serta beradaptasi dengan percepatan teknologi, kalau mereka mengidap TB,'' kata Fahmi.
Semangat kolaborasi dan koordinasi menguatkan komitmen dalam melakukan perbailan dalam melangkah bersama.