Senin 14 Nov 2022 20:28 WIB

Bamusi: Soekarno Itu Muslim Sejati dan Aktivis Muhammadiyah

Soekarno itu Muslim sejati malah di kala muda dia aktivis Muhammadiyah

Pengagerahan bintang Muhammadiyah kepada Presiden Soekarno pada tahun 1965.
Foto: istimewa
Pengagerahan bintang Muhammadiyah kepada Presiden Soekarno pada tahun 1965.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Faozan Amar mengatakan wajar dan beralasan pemerintah minta maaf ke keluarga Bung Karno. Sebab, tuduhan itu sangat serius yakni menuning Bung Karno tidak setia pada NKRI.

''Jadi sangat wajar dan beralasan negara melalui pemerintah menyampaikan permohonan maaf kepada Sukarno yang dituding tidak setia kepada NKRI dan mendapat perlakuan tak adil dalam sisa akhir hidupnya. Secara logika, bagaimana mungkin Sukarno yang ikut berperan aktif mendirikan NKRI dan memproklamirkannya bersama Bung Hatta, kok malah mengkhianati?,'' kata Faozan Amar, di Jakarta, Senin sore (14/11/2022).

Karena itu, lanjut Faozan, permintaah maaf merupakan bagian dari tanggung jawab moral dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu memberikan pelajaran dan teladan kepada generasi penerus bangsa untuk terus menghormati jasa para pahlawan, terutama pendiri bangsa, yang telah mendahului kita.

''Kami memang berharap pemerintah tegas menyatakannya dan tidak ngambang seperti kemarin yag dikatakan Presiden Jokowi. BungKarno bukan komunis. Kita semua tahu, Sukarno adalah seorang Muslim sejati. Sejak muda dia nyantri di rumah HOS Tjokroaminoto dan menjadi santri kithil kepada KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pada saat menyampaikan tabligh akbar di Surabaya. Bung Karno muda kemudian menjadi aktifis Muhammadiyah dan menjadi ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu,'' tegasnya.

Selain itu, lanjut Faozan, jati diri pemikiran ideologi Bung Karno bisa dibaca dengan gamblang dalam buku Sarinah (1963). "Dalam cita-cita politikku, Aku ini nasionalis. Di dalam cita-cita sosialku, Aku ini sosialis. Di dalam cita-cita sukmaku Aku ini sama sekali 'theis', sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali ingin mengabdi kepada Tuhan,'' ungkap Faozan lagi.

Dengan demikian, Sukarno adalah seorang muslim sejati, bahkan diakhir hayatnya ingin jenazahnya ditutupi dengan bendera Muhammadiyah. Malahan di Muktamar 50 tahun Muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, Bung Karno mengatakan namanya jangan dicoret jadi keanggotaan Muhammadiyah. Dia berkata: Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Anehnya, ketika saya sudah menjadi presiden saya tidak dimintai iuran lagi,'' kata Faozan menirukan ucapan Bung Karno.

"Dan, ketika tahun 2012 Bung Karno telah menganugerahkan gelar sebagai Pahlawan Nasional, dengan sendirinya Sukarno telah dinyatakan memenuhi syarat setia, dan tidak mengkhinati bangsa dan negara yang merupakan syarat penganugerahan gelar kepahlawanan,'' kata Faozan Amar.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement