Butuh Tindakannya Ekstra Atasi Banjir dan Rob Kota Pekalongan
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Butuh Tindakannya Ekstra Atasi Banjir dan Rob Kota Pekalongan (ilustrasi). | Foto: republika
REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Penanganan banjir dan rob yang selama ini menjadi problem bagi warga di wilayah pesisir Kota Pekalongan, Jawa Tengah butuh tindakan ekstra dan komperehensif.
Tindakan yang dimaksud antara lain melalui revitalisasi aliran sungai serta memperbanyak polder atau kolam retensi pengendali banjir, seperti halnya yang dilakukan di Kota Semarang.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan, sejumlah kajian menyebutkan, sebagian wilayah Kota Pekalongan --diprediksi-- bakal tenggelam di tahun 2035 mendatang.
"Jadi untuk mengatasi problem rob dan banjir di sana (pesisir Kota Pekalongan), tidak bisa kalau penanganannya hanya parsial dan instan," katanya, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/11) malam.
Kendati begitu, lanjut Gubernur, saat ini senjumlah proyek penanggulangan problem banjir dan rob di wilayah Kota Pekalongan sudah dilakukan juga masih terus berjalan.
Kendala yang kini dihadapi adalah mulai meningkatnya intensitas hujan harian, karena sebagian besar wilayah Jawa Tengah --termasuk Kota Pekalongan-- sudah masuk musim penghujan.
Sehingga pelaksanaan pekerjaan dalam menangani persoalan banjir harus 'berkejaran' dengan hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan kondisi ini berlangsung hampir setiap hari.
Di satu sisi, berbagai tindakan pencegahan harus diutamakan, sepeti (misalnya) sistem peringatan dini harus diterapkan secara efektif agar masyarakatnya bisa diselamatkan.
“Kalau hujannya begini terus banjir pasti akan terjadi, maka early warning sistemnya harus diberikan agar kita dapat menhelamatkan mereka yang berpotensi terdampak," tegas Ganjar.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam sebuah webinar yang digelar Kamis (3/11) terungkap fakta- fakta yang mengejutkan terkait problem banjir dan rob di wilayah Kota Pekalongan.
Salah satunya adalah daerah yang selama ini dikenal sebagai Kota Batik dan kota kreatif sentra batik tersebut --diprediksi-- bakal tenggelam pada tahun 2035 mendatang.
Penyebabnya --yang paling utama-- adalah laju penurunan daratan di pesisir Kota Pekalongan yang terlalu cepat. Bahkan, di salah satu titik, permukaan tanah turun hingga 11.9 centimeter dalam kurun waktu dua tahun.
"Sehingga diperlukan langkah dan tindakan sesegera mungkin untuk mencegah tenggelamnya pesisir utara Kota Pekalongan ini," ungkap peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Galdita A Chulafak.