REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Pihak berwenang Turki memberlakukan larangan sementara liputan media tentang pengeboman Istanbul pada Ahad (13/11/2022). Pernyataan ini langsung dikeluarkan oleh Dewan Tertinggi Radio dan Televisi (RTUK) Turki.
Dilansir dari Arab News, Selasa (15/11/2022), RTUK melarang media membuat siaran langsung dari lokasi ledakan di jalan Istiklal Caddesi, merilis informasi terkait investigasi, mengutip sumber tidak resmi, dan membagikan gambar atau rekaman video para korban.
Menurut RTUK, larangan tersebut diberlakukan untuk mencegah kepanikan dan kerusuhan publik, serta berbagi informasi yang dapat membantu kelompok teroris.
Otoritas Turki juga meminta media untuk mematuhi prinsip-prinsip distribusi informasi yang ditentukan hukum.
Enam orang meninggal dunia dan 53 lainnya luka-luka ketika sebuah ledakan mengguncang pejalan kaki di Istanbul tengah. Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebut serangan bom ini "berbau terorisme."
“Ini tidak diragukan lagi adalah serangan teroris, tetapi perkembangan awal dan intelijen awal dari gubernur saya adalah serangan ini berbau terorisme,” ujar Erdogan.
Erdogan mengatakan, upaya untuk menyerang Turki dengan tindakan terorisme tidak akan berhasil. Erdogan optimistis pelaku di balik serangan ini akan terungkap dan dihukum maksimal.
Dia menambahkan, berdasarkan informasi awal seorang pelaku perempuan terlibat dalam serangan bom ini.
"Upaya untuk mengalahkan Turki dan rakyat Turki melalui terorisme akan gagal. Kami yakin bahwa pelaku di balik serangan itu akan dihukum sebagaimana mestinya," kata Erdogan.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan pada Senin (13/11/2022), polisi telah menahan 22 tersangka, termasuk orang yang menanam bom di jalan perbelanjaan utama Istanbul Istiklal Avenue. Dia pun menyalahkan kelompok Kurdi atas ledakan yang menewaskan enam orang.
Soylu mengatakan perintah untuk menyerang Istiklal Avenue diberikan di Kobani, sebuah kota di Suriah utara. Pasukan Turki telah melakukan operasi terhadap People's Defense Units (YPG) Kurdi Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami telah mengevaluasi bahwa instruksi untuk serangan datang dari Kobani," kata Soylu, menambahkan bahwa pengebom telah melewati Afrin, wilayah lain di Suriah utara.
"Orang yang melakukan kejadian, meninggalkan bom, ditahan. Sebelumnya, sekitar 21 orang lainnya telah ditahan," kata Soylu.
Laporan berita televisi menunjukkan gambar seseorang yang tampaknya seorang perempuan meninggalkan paket di bawah petak bunga yang ditinggikan di Istiklal Avenue.
Serangan ini memicu kekhawatiran bahwa Turki dapat menjadi sasaran lebih banyak pemboman dan serangan, seperti serangkaian serangan yang dideritanya antara pertengahan 2015 hingga 2017.
Istanbul telah menjadi sasaran di masa lalu oleh militan Kurdi, Islamis, dan sayap kiri. Sebuah cabang dari Kurdistan Workers Party (PKK) mengklaim pemboman kembar di luar stadion sepak bola Istanbul pada Desember 2016. Serangan ini menewaskan 38 orang dan melukai 155 lainnya.
Sumber: arabnews