Selasa 15 Nov 2022 06:49 WIB

Israel Kritik Keterlibatan AS Selidiki Kematian Shireen Abu Akleh 

Israel menyebut penyelidikan AS itu sebagai kesalahan besar.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Lukisan dinding yang menggambarkan jurnalis Palestina-Amerika yang terbunuh, Shireen Abu Akleh, digambar di bagian pembatas pemisah kontroversial Israel, di kota Bethlehem, Tepi Barat, Rabu, 6 Juli 2022. Departemen Kehakiman AS telah meluncurkan penyelidikan atas penembakan fatal jurnalis Palestina-Amerika, Shireen Abu Akleh.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Lukisan dinding yang menggambarkan jurnalis Palestina-Amerika yang terbunuh, Shireen Abu Akleh, digambar di bagian pembatas pemisah kontroversial Israel, di kota Bethlehem, Tepi Barat, Rabu, 6 Juli 2022. Departemen Kehakiman AS telah meluncurkan penyelidikan atas penembakan fatal jurnalis Palestina-Amerika, Shireen Abu Akleh.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Departemen Kehakiman AS telah meluncurkan penyelidikan atas penembakan fatal jurnalis Palestina-Amerika, Shireen Abu Akleh. Israel pada Senin (14/11/2022) menyebut penyelidikan AS itu sebagai kesalahan besar, dan bersumpah untuk tidak bekerja sama.

Penyelidikan itu akan menimbulkan tantangan langsung terhadap klaim Israel bahwa, mereka telah meminta pertanggungjawaban tentaranya dengan benar atas penembakan yang menewaskan jurnalis veteran Aljazirah  tersebut. Penyelidikan tersebut juga dapat mengguncang aliansi strategis AS-Israel, pada saat Tel Aviv bersiap untuk pembentukan pemerintahan politik sayap kanannya.  

Baca Juga

"Kami tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan eksternal. Kami tidak akan mengizinkan campur tangan dalam urusan internal Israel," ujar Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Twitter.

Seorang juru bicara Departemen Kehakiman tidak menanggapi permintaan komentar tentang pernyataan Gantz. Belum diketahui kapan penyelidikan akan dimulai. Tetapi penyelidikan AS terhadap tindakan Israel adalah langkah yang jarang diambil.

Saudara laki-laki Abu Akleh, Tony Abu Akleh, mengatakan kepada Aljazirah bahwa, keluarganya optimis dengan keputusan FBI. Menurut Tony, sangat penting untuk meminta pertanggungjawaban Israel untuk mencegah kejahatan serupa.

“Kami berharap ini akan menjadi titik balik dalam penyelidikan atas kematian Shireen,” kata Tony.

Pejabat Palestina, keluarga Abu Akleh dan Aljazirah menuduh Israel sengaja menargetkan dan membunuh jurnalis berusia 51 tahun itu. Shireen mengenakan helm dan rompi pelindung dengan tulisan "Press" ketika ditembak pada Mei lalu. Dia ditembak saat sedang meliput di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Shireen telah meliput di wilayah pendudukan Tepi Barat untuk Aljazirah selama dua dekade. Dia merupakan jurnalis yang terkenal di seluruh dunia Arab. Kematian Shireen telah mengguncang di seluruh wilayah.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Palestina tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Senin malam. Sementara juru bicara Perdana Menteri Israel Yair Lapid menolak berkomentar, dan Benjamin Netanyahu, yang kembali terpilih untuk memimpin Israel, juga tidak berkomentar.

Israel telah mengakui bahwa tembakan tentaranya mungkin membunuh Shireen Abu Akleh. Tetapi Israel dengan keras membantah tuduhan bahwa, tentaranya sengaja menargetkan jurnalis itu.

Bukan hal yang aneh bagi FBI atau penyelidik AS lainnya untuk melakukan penyelidikan atas kematian atau cedera yang tidak wajar pada warga negara Amerika di luar negeri, terutama jika mereka adalah pegawai pemerintah. Namun, penyelidikan terpisah semacam itu sangat jarang terjadi. Terlebih, peristiwa itu terjadi di negara sekutu AS seperti Israel yang diakui Washington memiliki sistem peradilan yang kredibel dan independen.

Kritikus telah lama menuduh militer Israel melakukan pekerjaan yang buruk dalam menyelidiki kesalahan pasukannya. Militer Israel jarang meminta pertanggungjawaban pasukannya yang melakukan kesalahan. Berdasarkan penyelidikan independen Israel atas kematian Shireen Abu Akleh, otoritas Israel memutuskan untuk tidak meluncurkan penyelidikan kriminal. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement