Selasa 15 Nov 2022 09:44 WIB

Gara-Gara Panti Pijat dan Klub Malam Berdiri di Jalan Blora, Pedagang Sate Digusur

Panti pijat, perjudian, hingga prostitusi dilegalkan di era Gubernur Ali Sadikin.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Ilustrasi panti pijat. Kebijakan melegalkan<a href= panti pijat di Jalan Blora di era Gubernur Ali Sadikin, membuat para tukang sate tergusur. Foto: Republika." />
Ilustrasi panti pijat. Kebijakan melegalkan panti pijat di Jalan Blora di era Gubernur Ali Sadikin, membuat para tukang sate tergusur. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Ini kisah tentang perputaran uang di sekitar wilayah Segitiga Emas Jakarta. Sebelum menjadi wilayah perkantoran dan sentra bisnis seperti sekarang, wilayah tersebut masih banyak yang berupa kebun dan rawa. Selain itu sejumlah pedagang berjualan di sekitar wilayah tersebut.

Cerita ini dimulai dengan lalu lintas Tanah Abang yang makin hidup setelah beroperasinya KRL. Saban hari sejak Subuh hingga tengah malam, ribuan penumpang yang dari Bogor, Bojonggede, Citayam, Depok, dan sekitarnya, memanfaatkan KRL sebagai transportasi pergi dan pulang dari tempat bekerja di Jakarta.

BACA JUGA: Bilik-Bilik Cinta PSK di Gerbong Kereta

Naik kereta memang menjadi solusi bagi penduduk di Depok hingga Bogor. Kemacetan yang kian menggila di Jakarta, ditunjang dengan transportasi yang kini makin bagus membuat naik KRL menjadi solusi menghemat BBM dan waktu.

Di antara stasiun yang dipadati penumpang adalah Stasiun Sudirman. Sebelum bersalin nama menjadi Stasiun Sudirman, stasiun ini dulunya bernama Stasiun Dukuh Atas, nama salah satu kampung tua di kelurahan Setiabudi. Letaknya diujung Jl Blora dan Jl Kendal, Jakarta Pusat.

BACA JUGA: Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Bicara Jalan Blora tak afdol jika tidak ngomongin pedagang sate.... baca di halaman selanjutnya ya...


Sate Blora. Pedagang sate di Jalan Blora terpaksa dipindah setelah panti pijat dan klub malam dibangun. Foto: Republika.
Sate Blora. Pedagang sate di Jalan Blora terpaksa dipindah setelah panti pijat dan klub malam dibangun. Foto: Republika.

Pedagang Sate Blora Digusur

Bicara Jalan Blora tidak afdol rasanya jika tidak menyebut penjual sate. Memang sampai 1970-an, di Jalan Blora terkenal dengan sate blora-nya.

Namun, eksistensi para penjual sate di Jalan Blora sempat timbul tenggelam menyusul kebijakan Gubernur Ali Sadikin mendirikan steambath (panti pijat) dan klub malam. Ide yang akhirnya menjadi kebijakan mendirikan tempat hiburan malam itu, didapatkan Ali Sadikin usai studi banding ke Las Vegas.

BACA JUGA: Sekarang Wayang Haram, Dulu Judi dan Prostitusi Dilegalkan

Saat itu tak hanya melegalkan panti pijat dan klub malam, Ali Sadikin juga melegalkan judi. Hingga dari pajak tempat-tempat maksiat itulah Ali Sadikin mengisi kas daerah yang nantinya untuk membangun Jakarta. “Saya akan menertibkan perjudian itu. Dari judi, saya akan pungut pajak,” kata Ali dalam buku “Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977” karya Ramadhan KH.

Tak hanya melegalkan judi, membangun panti pijat, dan klub malam saja, Ali Sadikin juga pernah melegalkan pelacuran. Bahkan sampai berdiri kompleks pelacuran di Kramat Tunggak. Transaksi seks di Kramat Tunggal legal hukumnya. Sehingga dengan didirikan lokaliasi tersebut, para PSK yang biasa mangkal di Jalan Gajah Mada, hingga Senen, dilokalisir di satu tempat.

BACA JUGA: Operasi Petrus Berantas Begal dan Preman: Mayat Dikarungin dan Mengambang di Sungai

Di era Ali Sadikin pula steambath (panti pijat) dan klub malam banyak berdiri di Jl Blora. Kebijakan melegalkan panti pijat berdiri di Jalan Blora membuat para tukang sate dipindahkan ke Jl Kendal, bersebelahan dengan Blora.

Para tukang sate, sop, dan gorengan yang berjualan di Jalan Blora awalnya berdagang di Pasar Tanah Abang. Mereka pindah ke Jalan Blora karena dianggap lebih menjanjikan.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Makanan Paling Haram Itu Babi Mengandung Babi tanpa Tahu Bapaknya Jadi Sate Babi

Di antara pedagang sate terkenal adalah Mat (Muhammad) Kumis. Kini, banyak pedagang sate, sop kaki, dan soto yang menambahkan nama Kumis di belakang namanya. Yang pasti, tidak semua pedagang sate berkumis.

Kini sate di Jalan Kendal tetap dikenal sebagai sate blora. Sate-sate itu menjadi salah satu tujuan destinasi wisata kuliner di Jakarta.

BACA JUGA: Sate Ayam Rayakan Kemerdekaan, Mobil Limosin Rampasan untuk Kendaraan Kepresidenan

.

.

DENGARKAN DONGENG PILIHAN UNTUK ANDA:

.

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

> Savefrom.net: Download Video Youtube Ubah Jadi MP3, Gratis, Gampang, Aman

> Y2Mate: Download Video YouTube Convert Menjadi Lagu (MP3), Aman, Gratis, Gampang

> YTMP3 Converter: Download Lagu MP3 dari YouTube, Aman, Gampang tanpa Instal Aplikasi di HP, Gratis

> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/188485/gara-gara-panti-pijat-dan-klub-malam-berdiri-di-jalan-blora-pedagang-sate-digusur
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement