Selasa 15 Nov 2022 11:09 WIB

AS Tawarkan Hadiah 10 Juta Dolar untuk Informasi tentang Keberadaan Pemimpin Al-Shabab

Al-Shabaab bertanggung jawab atas berbagai serangan teroris di Somalia dan Kenya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Anggota pemberontak Somalia, Al-Shabab, melakukan patroli. Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS untuk informasi mengenai keberadaan pemimpin kelompok teror al-Shabab yang berafiliasi dengan Alqaeda.
Foto: AP
Anggota pemberontak Somalia, Al-Shabab, melakukan patroli. Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS untuk informasi mengenai keberadaan pemimpin kelompok teror al-Shabab yang berafiliasi dengan Alqaeda.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS untuk informasi mengenai keberadaan pemimpin kelompok teror al-Shabab yang berafiliasi dengan Alqaeda. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Senin (14/11/2022) mengumumkan nominal hadiah itu melalui program Rewards for Justice.

"Al-Shabaab bertanggung jawab atas berbagai serangan teroris di Somalia, Kenya, dan negara-negara tetangga yang telah menewaskan ribuan orang, termasuk warga AS," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Aljazirah, Senin (14/11/2022).

Baca Juga

Washington sedang mencari informasi tentang pemimpin al-Shabab, Ahmed Diriye, dan komandan kedua, Mahad Karate. Termasuk Jehad Mostafa, seorang warga negara Amerika yang  digambarkan sebagai pemimpin kelompok pejuang asing.

Departemen Luar Negeri menghubungkan Diriye dengan serangan 2020 di sebuah pangkalan militer di Kenya yang menewaskan satu tentara AS dan dua kontraktor. Program Rewards for Justice sebelumnya menawarkan hadiah hingga 6 juta dolar AS untuk informasi tentang Diriye, atau juga dikenal sebagai Abu Ubaidah.

Al-Shabab telah mengintensifkan serangannya di Somalia dan berperang dengan pasukan pemerintah dalam beberapa pekan terakhir. Kelompok itu diusir dari Ibu Kota, Mogadishu, oleh pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika pada 2011. Tetapi mereka masih menguasai sebagian pedesaan Somalia.

Presiden Hassan Sheikh Mohamud, yang menjabat pada Mei, telah menjanjikan perang besar-besaran melawan kelompok al-Shabab. Pasukan pemerintah serta milisi sekutu membuat beberapa keuntungan di medan perang melawan al-Shabab dalam tiga bulan terakhir. Mereka merebut kembali wilayah yang telah lama dikuasai oleh al-Shabab.

Sebagai tanggapan, al-Shabab mengaku bertanggung jawab atas pemboman mobil kembar yang menewaskan sedikitnya 100 orang di Kementerian Pendidikan di Mogadishu pada 29 Oktober. Ini adalah ledakan paling mematikan di negara itu dalam lima tahun teakhir.

Bulan ini, sebuah bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok al-Shabab menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai 11 orang di dekat sebuah kamp pelatihan militer di Mogadishu. Pekan lalu, militer AS mengatakan, mereka membunuh 17 pejuang al-Shabab dalam serangan yang diminta oleh pemerintah Somalia.

“Somalia tetap menjadi kunci stabilitas dan keamanan di seluruh Afrika Timur. Pasukan Komando Afrika AS akan terus melatih, menasihati, dan memperlengkapi pasukan mitra untuk memberi mereka alat yang mereka butuhkan untuk mengalahkan al-Shabab," kata militer AS dalam sebuah pernyataan saat itu.  

Pada Senin, Departemen Luar Negeri mengatakan sedang mencari informasi untuk mengenai aliran pendapatan ke kelompok al-Shabab. Termasuk pemasukan dari sumber daya alam lokal, kontribusi keuangan oleh donor, dan aktivitas internasional oleh perusahaan yang terkait dengan al-Shabab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement