Selasa 15 Nov 2022 12:01 WIB

Pemimpin Eropa Desak Kekuatan Global Tekan Rusia

Invasi Rusia di Ukraina telah mengganggu kehidupan dunia, termasuk kenaikan harga.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
The President of the European Council, Charles Michel memberikan keterangan pers sebelum mengikuti KTT G20, Selasa (15/1).
Foto: Republika/Intan Pratiwi
The President of the European Council, Charles Michel memberikan keterangan pers sebelum mengikuti KTT G20, Selasa (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada Selasa (15/11/2022) mendesak kekuatan global untuk mengintensifkan tekanan pada Rusia atas perangnya melawan Ukraina. Michel mengatakan, invasi Rusia di Ukraina telah mengganggu kehidupan di seluruh dunia, termasuk membuat harga pangan dan energi melonjak.

Michel mengatakan, pertemuan G20 penting untuk meyakinkan semua negara yang hadir untuk memberikan lebih banyak tekanan pada Rusia. Karena invasi Rusia di Ukraina telah memberikan dampak serius terhadap perekonomian global.

Baca Juga

“Perang Rusia berdampak pada kita semua, di mana pun kita tinggal, dari Eropa hingga Afrika atau Timur Tengah, dan satu-satunya cara terbaik untuk mengakhiri krisis akut dalam pangan dan energi adalah dengan mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini dan menghormati piagam PBB," kata Michel.  

Michel mengatakan, Eropa bekerja untuk membantu Ukraina, dan mencoba mengatasi gangguan pasokan pupuk serta kenaikan harga. Menurut Michael, sanksi Uni Eropa terhadap Rusia tidak menargetkan produk pertanian. Namun Rusia telah memberlakukan pembatasan pada produk makanan dan pupuknya. 

“Ini bukan pertempuran (dari) Rusia melawan bagian Barat dunia. Ini adalah pertempuran untuk piagam PBB. Ini adalah pertempuran untuk hukum internasional. Ini adalah pertempuran untuk gagasan bahwa ini tidak dapat diterima untuk mencoba mengubah dengan paksa perbatasan yang diakui secara internasional," kata Michel.

Michel juga menyoroti hubungan antara Eropa dan China. Menurutnya Eropa harus menciptakan hubungan ekonomi dan politik yang berbeda dengan China. Eropa tidak mau mengulangi kesalahan ketika menjalin hubungan dengan Rusia. 

Sektor energi Eropa sangat bergantung kepada Rusia. Sejak meletusnya perang di Ukraina, Rusia mulai mengurangi pasokan gasnya ke Eropa. Hal ini menyebabkan Eropa mengalami krisis energi.

“Kami tidak ingin membuat kesalahan yang sama yang mungkin kami lakukan dengan Rusia pada bahan bakar fosil. Dengan China, kami tidak ingin terlalu bergantung pada teknologi inovatif yang kami butuhkan hari ini dan di masa depan. Itulah mengapa penting untuk menyeimbangkan kembali hubungan,” kata Michel. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement