REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) pada Selasa (15/11/2022) menyita 70 ton amonium perklorat. Kimiawi yang biasanya digunakan sebagai bahan bakar roket dan rudal serta bahan peledak lainnya.
Komponen bahan bakar rudal ini disembunyikan di antara kantong-kantong pupuk di atas kapal yang menuju Yaman dari Iran. Sudah berulang kali koalisi Arab Saudi yang berperang melawan Houthi di Yaman sejak 2015 menuduh Iran memasok kelompok itu dengan senjata. Teheran membantah tuduhan tersebut.
Angkatan Laut mengatakan, jumlah amonium perklorat yang ditemukan dapat menjadi bahan bakar puluhan rudal balistik jarak menengah tergantung pada ukurannya
“Pengiriman jenis ini dan volume bahan peledak yang sangat besar menjadi perhatian serius karena membuat (keamanan) tidak stabil. Pengangkutan senjata yang melanggar hukum dari Iran ke Yaman menyebabkan ketidakstabilan dan kekerasan," ujar juru bicara Armada ke-5 Angkatan Laut yang berbasis di Timur Tengah, Timothy Hawkins, kepada The Associated Press.
Kapal Penjaga Pantai AS USCGC John Scheuerman dan kapal perusak peluru kendali USS The Sullivan menghentikan kapal layar kayu tradisional yang dikenal sebagai dhow di Teluk Oman pada 8 November. Dalam operasi pencarian selama seminggu, para pelaut menemukan kantong amonium perklorat yang tersembunyi di dalam kantong-kantong pupuk urea sebanyak 100 ton. Pupuk urea diketahui juga bisa digunakan untuk membuat bahan peledak.
Dhow begitu terbebani oleh pengiriman sehingga menimbulkan bahaya bagi pengiriman terdekat di Teluk Oman, rute yang mengarah dari Selat Hormuz ke Samudera Hindia. Hawkins mengatakan, angkatan laut akhirnya menenggelamkan kapal dengan banyak material yang masih tersisa karena bahaya.
Ketika ditanya bagaimana Angkatan Laut mengidentifikasi dan dapat menghentikan kapal penyelundup, Hawkins mengatakan, Angkatan Laut melalui berbagai cara mengetahui bahwa kapal membawa bahan bakar dan berasal dari Iran menuju Yaman. Hawkins menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
“Mengingat fakta bahwa jalur itu biasanya digunakan untuk menyelundupkan senjata dan obat-obatan terlarang dari Iran ke Yaman, benar-benar memberi tahu Anda apa yang perlu Anda ketahui,” kata Hawkins.
Belum ada komentar dari Iran mengenai tuduhan ini. Untuk diketahui, Houthi merebut ibu kota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan memaksa pemerintah yang diakui secara internasional ke pengasingan. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang dipersenjatai dengan persenjataan dan intelijen AS memasuki perang di pihak pemerintah Yaman pada Maret 2015. Pertempuran ini telah mendorong Yaman sebagai negara termiskin di dunia Arab ke jurang bencana kelaparan.
Embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melarang transfer senjata ke Houthi sejak 2014. Meskipun demikian, Iran telah lama mentransfer senapan, granat berpeluncur roket, rudal, dan persenjataan lainnya ke Houthi melalui pengiriman dhow. Meskipun Iran menyangkal mempersenjatai Houthi, para pakar independen, negara-negara Barat, dan pakar PBB telah melacak komponen kapal yang ditahan di luar negeri yang disita kembali ke Iran.
Rudal balistik jarak menengah digunakan pemberontak Houthi di Yaman untuk menargetkan pasukan pemerintah dan koalisi pimpinan Arab Saudi. Gencatan senjata yang telah berlangsung selama enam bulan dalam perang Yaman, berakhir pada bulan Oktober. Ada upaya diplomatik untuk memperbarui gencatan senjata. Namun berakhirnya gencatan senjata menyebabkan kekhawatiran perang bisa meningkat lagi. Lebih dari 150.000 orang tewas di Yaman selama pertempuran, termasuk lebih dari 14.500 warga sipil.