REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memperoleh surplus perdagangan kumulatif dengan kelompok G20 selama periode Januari-Oktober 2022. Total surplus dagang sebesar 27,6 miliar dolar AS, melampaui total surplus dagang sepanjang 2021 lalu dengan G20 sebesar 16,4 miliar dolar AS.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menyampaikan terdapat sejumlah golongan barang ekspor utama dari Indonesia ke kelompok G20 yang berkontribusi terhadap capaian surplus.
Di antaranya bahan bakar mineral (HS 27) senilai 30,55 miliar dolar AS, besi dan baja (HS 72) sebesar 18,7 miliar dolar AS, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 26) yang mencapai 17,89 miliar dolar AS.
Kemudian, ekspor bijih logam, terak, dan abu (HS 26) sebesar 7,14 miliar dolar AS dan mesin/perlengkapan eletrik dan bagiannya (HS 85) 6,93 miliar dolar AS.
Kendati demikian jika dilihat lebih detail, Indonesia tidak mencetak surplus dengan seluruh negara G20. Dari 20 anggota, Indonesia hanya mencatatkan surplus dengan sembilan anggota. Di antaranya Amerika Serikat, India, Uni Eropa, Jepang, Italia, Turki, Meksiko, Korea Selatan, dan Inggris.
Sementara itu, Indonesia masih mengalami defisit atas Perancis, Jerman, Rusia, Afrika Selatan, Kanada, Argentina, Brasil, China, Arab Saudi, dan Australia.