Selasa 15 Nov 2022 17:27 WIB

Bayi Prematur Berisiko Alami Bermacam Gangguan Termasuk Stunting

1 dari 10 anak lahir prematur.

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
 Bayi Prematur Berisiko Alami Bermacam Gangguan Termasuk Stunting. Foto:  Bayi prematur/ilustrasi
Foto: senseandsustainability.net
Bayi Prematur Berisiko Alami Bermacam Gangguan Termasuk Stunting. Foto: Bayi prematur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--World Health Organization (WHO) menyebutkan 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahunnya di seluruh dunia diperkirakan ada sebanyak 15 juta anak di seluruh dunia yang lahir prematur. Adapun kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi kurang dari 37 minggu.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi, Rinawati Rohsiswatmo, menjelaskan anak prematur adalah anak yang dilahirkan kurang dari 37 minggu usia gestasi. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak ini harus dipantau karena mereka masuk dalam kategori high risk atau risiko tinggi.

Baca Juga

“Semua anak butuh dipantau, terlebih bayi prematur. Mereka punya risiko serta tantangan yang lebih kompleks dibandingkan anak-anak yang lahir cukup bulan di awal kelahirannya,” ujarnya dalam media briefing virtual dengan tema “Peran Orang Tua Untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi”, Selasa (15/11/2022).

Ia menjelaskan, ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang anak yaitu physical health, learning and cognition, mental health, dan quality of life. Secara kesehatan fisik atau physical health, ia menyebutkan masalah physical health yang dapat timbul pada anak lahir prematur sangat bermacam-macam. Mereka berisiko mengalami gangguan pernapasan dan ketergantungan oksigen karena masalah pada paru.

Selain itu, mereka juga berisiko gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran yang harus dideteksi sedini mungkin. Dalam jangka panjang, anak prematur berisiko mengalami gangguan pertumbuhan stunting yang membuat pertumbuhan otaknya menjadi tidak optimal.

“Inilah mengapa pertumbuhan anak perlu dimonitor dengan pengisian grafik pertumbuhan serta pemantauan aspek perkembangan. Perhatikan kesinambungannya. Jangan pernah banding-bandingkan dengan anak lain, karena ini unik dan hanya milik si anak itu sendiri,” ujarnya.

Prof Rinawati menyebutkan secara kemampuan kognitif dan bahasa anak lahir prematur harus distimulasi agar mampu mencerna informasi serta berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Ini nantinya akan memengaruhi keterampilan pra sekolah dan akademisnya.

“Orangtua tidak boleh acuh, pemantauan anak yang lahir dalam kondisi high risk harus terus dilanjutkan, tidak hanya berhenti sampai perawatan selesai atau sampai usia 2 tahun saja. Pemantauan anak-anak, termasuk anak risiko tinggi seperti anak yang lahir prematur harus dilakukan bahkan sampai dia memasuki usia dewasa agar berkembang menjadi SDM yang unggul,” tambahnya.

Ketika memasuki usia sekolah, yang tidak kalah penting untuk diperhatian menurutnya adalah kesehatan metabolik anak. Karena sering kali menjelang usia remaja, muncul gejala pubertas terlalu dini karena gangguan hormon.

"Inilah salah satu alasan mengapa pemantauan anak-anak prematur harus dilakukan sesering mungkin dengan melibatkan berbagai macam dokter spesialis." Idealnya anak dengan risiko tinggi harus ditangani oleh tim khusus yang terdiri atas tenaga kesehatan dari berbagai ilmu multidisplin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement