Selasa 15 Nov 2022 23:55 WIB

Populasi Dunia Capai 8 Miliar, Ini Ancaman yang akan Membayangi

Populasi penduduk dunia akan menghadapi kelangkaan sumber daya

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Populasi dunia melonjak melewati delapan miliar orang pada Selasa (15/11/2022). Hanya saja, penambahan ini dibayangi dengan lebih banyak kesulitan akan terjadi di daerah yang sudah menghadapi kelangkaan sumber daya akibat perubahan iklim.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Populasi dunia melonjak melewati delapan miliar orang pada Selasa (15/11/2022). Hanya saja, penambahan ini dibayangi dengan lebih banyak kesulitan akan terjadi di daerah yang sudah menghadapi kelangkaan sumber daya akibat perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Populasi dunia melonjak melewati delapan miliar orang pada Selasa (15/11/2022). Hanya saja, penambahan ini dibayangi dengan lebih banyak kesulitan akan terjadi di daerah yang sudah menghadapi kelangkaan sumber daya akibat perubahan iklim.

Proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, makanan, air, baterai, dan bensin akan lebih sedikit. Kondisi ini tidak bisa dipungkiri akibat populasi global yang terus bertambah hingga 2,4 miliar orang pada 2080-an.

Penambahan populasi dunia ini mewakili semiliar orang ditambahkan ke planet Bumi hanya dalam 11 tahun terakhir. Direktur divisi kependudukan PBB John Wilmoth menyatakan, tanda keberhasilan manusia tetapi juga merupakan risiko besar bagi masa depan.

"Setiap orang membutuhkan bahan bakar, kayu, air, dan tempat untuk menelepon ke rumah," kata direktur populasi dan keberlanjutan di Pusat Keanekaragaman Hayati Stephanie Feldstein.

Tekanan sumber daya akan sangat menakutkan di negara-negara Afrika yang diperkirakan populasinya akan meningkat pesat. Wilayah ini juga termasuk negara yang paling rentan terhadap dampak iklim, dan paling membutuhkan pendanaan iklim.

Afrika sub-Sahara dengan sekitar 738 juta orang sudah hidup tanpa persediaan makanan yang memadai. Menurut Institut Ekonomi dan Perdamaian, populasinya diproyeksikan melonjak hingga 95 persen pada pertengahan abad. Lembaga think-tank itu memperingatkan dalam laporan Oktober, sebagian besar Afrika sub-Sahara tidak akan berkelanjutan pada pertengahan abad.

Sebagian besar dari 2,4 miliar orang yang akan ditambahkan sebelum puncak populasi global akan lahir di Afrika sub-Sahara, menandai pergeseran dari China dan India. "Rata-rata kota-kota di Afrika akan tumbuh," kata peneliti demografi di City University of New York  Deborah Balk.

Tapi negara-negara berpenghasilan menengah yang sebagian besar di Asia menyumbang sebagian besar pertumbuhan delapan miliar orang. Wilayah ini memperoleh sekitar 700 juta orang sejak 2011. India menambahkan sekitar 180 juta orang dan diperkirakan akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia tahun depan.

Tapi, kelahiran terus menurun di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. China juga berjuang dengan warisan program Kebijakan Satu Anak dan tahun lalu mendesak keluarga untuk memiliki anak kedua dan bahkan ketiga karena juga membatasi akses ke aborsi non-medis.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement