Selasa 15 Nov 2022 18:18 WIB

Pasien Diabetes di Indonesia Kian Ditemukan di Usia 17 Hingga 30 Tahun

Pasien diabetes di Indonesia kini kian banyak dijumpai di usia sangat muda.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Pasien diabetes di Indonesia kini kian banyak dijumpai di usia sangat muda.
Foto: www.freepik.com.
Pasien diabetes di Indonesia kini kian banyak dijumpai di usia sangat muda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta, Hemi Sinorita mengatakan, penderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus/DM) di Tanah Air kini semakin muda. Bahkan, dirinya sempat menangani pasien DM yang baru berusia 17 tahun.

"Dulu waktu saya masih sekolah, yang kena DM rata-rata di atas usia 40 tahun. Tetapi sekarang (trennya) semakin muda, ada pasien saya yang terkena DM usia 17 tahun, 20 tahun, bahkan usia 30 tahunan semakin banyak," ujarnya saat konferensi virtual, Selasa (15/11/2022).

Baca Juga

Dia mengaku prihatin karena kini semakin banyak pasien DM tipe 1 karena faktor genetik atau kelainan imun yang produksi insulinnya sama sekali tidak ada, bahkan sejak anak-anak. Lebih lanjut ia mengutip laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 bahwa persentase penderita DM usia 15 sampai 24 tahun sekitar 0,1 persen.

Meski terlihat sedikit, dia melanjutkan, ternyata laporan tersebut juga menyebutkan masyarakat Indonesia yang jarang memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui kondisinya sehat atau tidak. 

"Bahkan, kalau saya baca ternyata sebanyak 74 persen pasien DM di Indonesia tidak terdiagnosis," katanya.

Jadi, dia melanjutkan, deteksi DM baru dilakukan setelah datang ke dokter kemudian didiagnosa. Terkait penyebab kenapa banyak usia muda kini menderita DM, Hemi menjelaskan sebenarnya kebanyakan pasien DM mengalami tipe 2 yang karena sebagian besar masalah gaya hidupnya.

Perbaikan ekonomi masyarakat, bahkan pola hidup yang nyaman sejak masih kecil kemudian mengakibatkan DM. Lebih lanjut ia menjelaskan, orang yang menderita DM ternyata tidak memiliki hormon insulinnya atau produksinya kurang, misalnya diabetes tipe 1.

Padahal, insulin inilah yang bertugas membawa gula darah yang berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat. Artinya, gula darah ini dibawa insulin ke seluruh tubuh untuk dipakai sebagai cadangan energi alias disimpan.

"Namun karena jumlah hornon insulin kurang, maka akibatnya gula darah 'ketinggalan' (tidak dibawa insulin). Makanya, ketika diperiksa kadar gulanya tinggi," katanya.

Jadi, tingginya kadar gula darah akibat kurangnya produksi hormon insulin atau kerja insulin yang kurang atau terganggu ini yang kemudian mengakibatkan DM. Dia menambahkan, pasien DM harus mengikuti pola makan diatur termasuk membatasi nasi, lauk hingga makanan yang manis, kemudian melakukan aktivitas fisik seperti berjalan selama 30 menit minimal lima kali dalam sepekan secara rutin, glukosa darah harus dikendalikan karena berisiko komplikasi. Terakhir baru meminum obat, suntik insulin juga harus dilakukan dan memonitor gula darah. 

"Ini harus dilakukan sama-sama supaya gula darah turun," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement