Selasa 15 Nov 2022 21:45 WIB

Iran Miinta Saudi untuk Mengubah Gelagat tak Bersahabatnya

Iran sebut akan gunakan diplomasi untuk ubah perilaku Saudi.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
Merajut hubungan Arab Saudi-Iran
Foto: AP/Reuters/FinancialTimes
Merajut hubungan Arab Saudi-Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran meminta Arab Saudi mengubah perilaku atau gelagat "tidak bersahabat" yang ditunjukkan kepada negaranya. Pernyataan ini diungkapkan setelah menuduh Riyadh mendorong protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini saat berada dalam tahanan polisi.

"Kami tidak berusaha untuk meningkatkan ketegangan di kawasan itu, dan kami berkomitmen pada jalur negosiasi dengan Arab Saudi dan mencapai kesepahaman," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani saat konferensi pers dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (15/11/2022).

Baca Juga

Kanaani menambahkan, Iran akan menggunakan diplomasi untuk mengubah perilaku tidak bersahabat Riyadh. Dia kemudian menekankan bahwa negaranya "menganggap keamanan tetangganya sebagai miliknya."

Iran telah diguncang oleh protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada 16 September di ibukota, Teheran. Puluhan orang, termasuk anggota pasukan keamanan tewas selama protes.

Teheran menuduh negara-negara yang bermusuhan, termasuk Amerika Serikat, mendukung protes tersebut. Pekan lalu, ia menuduh Riyadh mendanai organisasi media yang bermusuhan dan mengancam akan membalas "tindakan destabilisasi" ini.

Pada awal 2016, Riyadh memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Teheran setelah pengunjuk rasa Iran menyerbu kantor konsuler kerajaan setelah eksekusi ulama Syiah Saudi Nimr al-Nimr.

Tahun lalu, kedua negara memulai dialog yang dimediasi oleh Irak untuk memulihkan hubungan.

Pada Juli tahun lalu, Baghdad mengumumkan persiapan untuk pertemuan publik antara menteri luar negeri Iran dan Irak, namun, belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan semacam itu. Kanaani juga membantah laporan media bahwa mediasi Irak telah berhenti setelah Muhammad Shaya al-Sudani mengambil alih sebagai perdana menteri pada Oktober.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement