REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja dalam sebuah rangkaian acara pertemuan G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). Momen tersebut menjadi perbincangan hangat, mengingat kedua tokoh politik dan petinggi partai tersebut kerap berseberangan.
Bahkan, Partai PDI Perjuangan dan Partai Demokrat tak pernah berkoalisi di kancah nasional. Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai dalam politik semua bisa saja terjadi, termasuk koalisi PDIP-Demokrat. Namun, ia mengaku itu cukup sulit terwujud.
Hal itu karena faktor karakter pemilih yang berseberang. Jika dipaksakan bukan tidak mungkin baik PDIP maupun Demokrat bisa kehilangan suara. “Untuk itu, duduk satu meja antara Megawati dan SBY sangat mungkin hanya momentum yang tidak dapat dihindari. Jikapun ada agenda di dalamnya kemungkinan besar tidak mengarah pada agenda koalisi,” ujar Dedi saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (15/11/2022).
Asumsinya, lanjut Dedi, jika koalisi terjadi, maka Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan ditawarkan untuk bakal calon wakil presiden (Bacawapres). Sementara posisi yang sama semestinya lebih mudah didapat dan potensial dari koalisi Perubahan.
Sisi lain, nama besar SBY akan redup jika kemudian disandingkan dengan Megawati yang sejauh ini cukup miliki pengaruh besar. “Artinya, Demokrat akan menjadi jauh lebih kecil di banding saat bersama dengan PKS dan Nasdem,” kata Dedi.