Rabu 16 Nov 2022 08:00 WIB

Bantuan Internasional Pertama Tiba di Tigray Sejak Gencatan Senjata

Komite Palang Merah Internasional mengemudikan dua truk medis ke ibukota Ethiopia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Kota Mekele terlihat melalui lubang peluru di jendela tangga Rumah Sakit Rujukan Ayder di wilayah Tigray, Ethiopia utara pada 6 Mei 2021.  Bantuan internasional pertama tiba di wilayah  Tigray, Ethiopia pada Selasa (15/11/2022), sejak gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran.
Foto: AP/Ben Curtis
Kota Mekele terlihat melalui lubang peluru di jendela tangga Rumah Sakit Rujukan Ayder di wilayah Tigray, Ethiopia utara pada 6 Mei 2021. Bantuan internasional pertama tiba di wilayah Tigray, Ethiopia pada Selasa (15/11/2022), sejak gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Bantuan internasional pertama tiba di wilayah Tigray, Ethiopia pada Selasa (15/11/2022), sejak gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran. Komite Palang Merah Internasional mengemudikan dua truk medis ke ibukota daerah yang dilanda perang tersebut.

Pemerintahan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan pasukan Tigrayan menandatangani gencatan senjata pada 2 November untuk mengakhiri pertempuran yang berlangsung selama dua tahun dan menewaskan ribuan orang. Perang juga telah menghancurkan infrastruktur dan membuat jutaan orang mengungsi dari rumah mereka. Implementasi gencatan senjata mencakup akses tanpa hambatan untuk bantuan kepada populasi yang menghadapi penyakit dan kelaparan.

Baca Juga

“Sangat melegakan bagi kami untuk mengirimkan kargo ini. Sistem perawatan kesehatan di wilayah ini berada di bawah tekanan ekstrem dan pengiriman ini merupakan jalur kehidupan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan medis," ujar Kepala Delegasi ICRC di Ethiopia, Nicolas Von Arx.

ICRC menggambarkan pengiriman ke ibu kota regional Mekelle sebagai bantuan internasional pertama ke Tigray sejak gencatan senjata. Pemerintah Ethiopia juga telah mulai memberikan bantuan.

Separuh dari 5,5 juta penduduk di kawasan itu sangat membutuhkan makanan.  Badan-badan bantuan mengatakan, mereka tidak akan mengetahui tingkat kebutuhan yang sebenarnya sampai mereka dapat mengakses daerah-daerah tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.

"Kami telah maju satu langkah. Kami telah berdiskusi, menyetujui dan menandatangani (kesepakatan gencatan senjata). Hal berikutnya yang diharapkan dari kami adalah menerapkan dengan jujur ​​apa yang telah kami janjikan untuk membuat perdamaian berkelanjutan," ujar Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed kepada parlemen nasional Ethiopia dalam komentar pertamanya sejak gencatan senjata diberlakukan.  

Perang antara pasukan pemerintah melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) berakar pada dendam lama antara elit politik di wilayah berbasis etnis. Abiy naik ke tampuk kekuasaan pada 2018 dan mengakhiri dominasi TPLF atas pemerintah pusat Ethiopia selama hampir tiga dekade. Abiy menuduh TPLF berusaha untuk menegaskan kembali kekuatannya di tingkat nasional. Sementara TPLF menuduh Abiy memusatkan kekuasaan dengan mengorbankan daerah dan menindas Tigrayan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement