REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Uni Eropa meluncurkan misi bantuan militer untuk pasukan Ukraina. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pada Selasa (15/11/2022) mengatakan, sekitar 15.000 tentara Ukraina akan dilatih di berbagai negara anggota Eropa.
“Ini akan menjadi upaya besar untuk memperbaharui, dan meningkatkan kapasitas tentara Ukraina,” kata Borrell, dilaporkan Aljazirah, Selasa.
Borell menambahkan, bantuan latihan militer ini akan berlangsung dalam waktu kurang dari tiga bulan. Misi tersebut akan dipimpin oleh Wakil Laksamana Prancis Hervé Bléjean. Para menteri pertahanan Uni Eropa sepakat untuk mengalokasikan dana senilai 16 juta euro di bawah European Peace Facility (EPF), yaitu sebuah instrumen keuangan Uni Eropa untuk mencegah konflik dan membangun perdamaian. Alokasi dana ini bertujuan untuk mendukung misi latihan selama 24 bulan.
Kepala NATO Jens Stoltenberg menyambut baik keputusan Uni Eropa untuk membentuk misi pelatihan bagi angkatan bersenjata Ukraina. "Penting bagi kami untuk memberikan lebih banyak pelatihan karena Ukraina sedang melakukan pertempuran berdarah yang sangat menantang,” katanya.
Prancis dan Jerman telah berulang kali dikritik oleh Ukraina karena tidak mengirimkan senjata yang cukup kepada Ukraina. Direktur geopolitik di Rasmussen Global, Harry Nedelcu, mengatakan misi bantuan pelatihan militer Uni Eropa ini adalah cara bagi Jerman dan Prancis untuk menebus kritik tersebut.
"Penting juga untuk dicatat bahwa misi pelatihan militer ini sebenarnya datang dengan latar belakang beberapa negara anggota Uni Eropa, seperti Prancis dan Jerman kurang berhasil dalam hal pengiriman senjata. Inilah yang mungkin lebih dibutuhkan Ukraina saat ini, selain dari pelatihan," ujar Nedelcu.
Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht mengatakan, sekitar 5.000 tentara Ukraina akan dilatih di Jerman hingga Juni 2023. Sementara pusat perbaikan akan didirikan di Slovakia.