REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- International Finance Corp (IFC) yang merupakan perusahaan modal ventura, bagian dari Grup Bank Dunia, akan menginvestasikan 225 juta dolar AS atau setara Rp 3,496 triliun (kurs Rp15.538 per dolar AS) untuk mendanai perusahaan rintisan teknologi di Afrika dan Timur Tengah. IFC juga akan berinvestasi di perusahaan-perusahaan di Pakistan dan Asia Tengah.
"Investasi tersebut dalam bentuk ekuitas atau seperti ekuitas," menurut pernyataannya, dilansir Bloomberg, Selasa (15/11/2022).
Perkembangan ponsel pintar dan populasi muda yang melek teknologi di Afrika hingga Asia sedang terus berkembang. Ini berarti permintaan akan layanan digital berkembang pesat. Pendapatan jasa keuangan dua benua ini diperkirakan akan meningkat menjadi 230 miliar dolar AS pada tahun 2025, menurut McKinsey & Co.
Sementara perusahaan rintisan Afrika terus memikat investor, perlambatan ekonomi global telah menghalangi pembiayaan untuk industri di bagian lain dunia. Direktur Pelaksana IFC Makhtar Diop dalam sebuah pernyataan mengatakan IFC akan membantu perusahaan teknologi dan pengusaha berkembang selama masa kekurangan modal.
"Agar mereka menciptakan peluang investasi yang dapat diperhitungkan," katanya.
IFC menyebut berinvestasi dalam startup digital akan membantu ekonomi kawasan. Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, dan Pakistan menerima kurang dari dua persen dari 643 miliar dolar AS pendanaan modal ventura global pada tahun 2021.
Menurut IFC, pertumbuhan ekonomi digital di Afrika Sub-Sahara bisa mencapai 712 miliar dolar AS pada tahun 2050. Sementara di Timur Tengah dan Afrika Utara mencapai 1,6 triliun dolar AS dalam 30 tahun. Pakistan sekitar 59,7 miliar dolar AS pada 2030.
IFC juga akan didukung oleh tambahan 50 juta dolar AS dari Blended Finance Facility dari International Development Association. Dana akan dimobilisasi dari lembaga pembangunan lain dan sektor swasta untuk mendukung pengusaha dan perusahaan teknologi di negara-negara tersebut.