Rabu 16 Nov 2022 10:06 WIB

Gobel Usulkan Pendirian Sekolah Persahabatan Indonesia-Uzbekistan

Teliti SD Inpres yang dibangun Soeharto, tiga peneliti AS meraih Nobel Ekonomi 2019.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmat Gobel.
Foto: DPR RI
Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmat Gobel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmat Gobel mengusulkan pendirian sekolah persahabatan Indonesia-Uzbekistan. Langkah itu guna untuk mempererat hubungan kedua negara.

"Di Uzbekistan didirikan sekolah Indonesia, di Indonesia didirikan sekolah Uzbekistan. Di masing-masing negara itu terdapat materi persahabatan kedua negara," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Pernyataan itu dikemukakannya saat bertemu dengan Menteri Pendidikan Umum Uzbekistan, Bakhtiyor Saidov di sela Konferensi Dunia tentang Pendidikan Anak Usia Dini yang diselenggarakan UNESCO di Tashken, Uzbekistan, Selasa (15/11/2022). Usulan tersebut menjawab permintaan Bakhtiyor tentang hal apa yang bisa dilakukan agar Uzbekistan bisa belajar tentang sistem pendidikan di Indonesia.

"Kami sudah mempelajari sistem pendidikan di Indonesia, sehingga kami bisa belajar," kata Bakhtiyor. Gobel mengatakan majunya suatu negara bukan ditentukan seberapa banyak kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. "Majunya suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia," ujarnya.

Menurut Gobel, pendidikan yang inklusif, merata, dan terjangkau merupakan ciri dari suatu masyarakat yang beradab. "Jika ada satu anak tak bisa sekolah, bagaimana mungkin suatu negeri bisa mengaku beradab? Jika semua anak bisa sekolah, bagaimana mungkin suatu negeri bisa tak maju? Pemerintah dan parlemen harus berdiri tegak dengan taruhan apapun untuk membangun pendidikan," kata Gobel.

Politikus Partai Nasdem itu menyampaikan, pendidikan adalah kunci dan menjadi dasar bagi membangun kemajuan dan kemakmuran bersama. Karena itu, membangun pendidikan merupakan suatu keharusan.

Pada kesempatan itu Gobel bercerita pengalaman Indonesia membangun pendidikan yang inklusif dan merata bagi seluruh penduduk. Hal itu bermula dari lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973. Saat itu, sambung dia, pemerintah membangun gedung sekolah dasar di seluruh Indonesia. "Karena itu kemudian dikenal sebagai SD Inpres. Ada 61 ribu SD Inpres yang didirikan," kata Gobel.

Hal itu kemudian diteliti oleh tiga peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Universitas Harvard, yaitu Esther Duflo, Abhijit Banerje, dan Michael Kramer. Pada 2019, ketiganya mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi berkat penelitiannya tersebut. Penelitian tersebut membuktikan, pendidikan yang baik bisa mengurangi angka kemiskinan serta meningkatkan ekonomi.

Gobel mengatakan, pada 2022 sudah ada 174.992 SD, 121.973 TK dengan rasio guru dengan murid untuk tingkat SD adalah 1 guru untuk 15 murid. Sedangkan untuk TK, satu guru untuk 10 murid. Indonesia, pun melangkah lebih jauh dengan membangun PAUD di setiap desa.

Dia juga menyampaikan tentang pentingnya filosofi dalam memajukan suatu bangsa dengan mengutip filosofi Jepang, yaitu people before the product yang menekankan state of mind dalam membuat barang, sehingga produk yang dihasilkan keluar dari sebuah karakter suatu bangsa. "Investasi terbaik adalah investasi di bidang pendidikan, apalagi pendidikan usia dini," kata Gobel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement