Kamis 17 Nov 2022 08:39 WIB

MI5: Ratusan Pejabat dan Mata-Mata Rusia Telah Diusir dari Eropa 

Pengusiran pejabat dan mata-mata Rusia jadi pukulan stragegis kepada Moskow.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Direktur Jenderal MI5, Ken McCallum, memberikan pidato di Thames House di London pusat, Rabu 16 November 2022. Inggris menghadapi ancaman keamanan besar dari trio Rusia, China dan Iran, yang semuanya menggunakan paksaan, intimidasi, dan kekerasan untuk mengejar tujuan mereka. kepentingan, kata kepala mata-mata intelijen domestik Inggris, Rabu.
Foto: Yui Mok/PA via AP
Direktur Jenderal MI5, Ken McCallum, memberikan pidato di Thames House di London pusat, Rabu 16 November 2022. Inggris menghadapi ancaman keamanan besar dari trio Rusia, China dan Iran, yang semuanya menggunakan paksaan, intimidasi, dan kekerasan untuk mengejar tujuan mereka. kepentingan, kata kepala mata-mata intelijen domestik Inggris, Rabu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Direktur Jenderal Dinas Keamanan (MI5) Ken McCallum, pada Rabu (16/11/2022) mengatakan, pengusiran terhadap lebih dari 400 tersangka mata-mata Rusia dari seluruh Eropa tahun ini telah memberikan pukulan strategis paling signifikan kepada Moskow. Langkah ini mencatat sejarah baru bagi pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.

McCallum mengatakan, sebagian besar pejabat Rusia telah diusir dari seluruh dunia. Termasuk sekitar 600 pejabat Rusia yang diusir dari Eropa, dan lebih dari 400 orang Rusia lainnya yang diduga sebagai mata-mata.

Baca Juga

"Ini merupakan pukulan strategis paling signifikan terhadap Badan Intelijen Rusia dalam sejarah Eropa baru-baru ini. Dan bersama dengan gelombang sanksi yang terkoordinasi, skalanya mengejutkan (Presiden Rusia) Putin," ujar McCallum dalam pidato di markas besar MI5 di London.

McCallum mengatakan, tanggapan itu mengikuti pola yang ditetapkan oleh Inggris setelah insiden peracunan dengan menggunakan racun saraf terhadap mantan intelijen Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, Inggris selatan pada 2018. Peristiwa ini memicu gelombang pengusiran diplomatik.